Semoga Bermanfaat ^.^
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi yang
tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir
(Winkjosastro, 2007). Jika bayi mengalami gangguan pernapasan, suplai oksigen
ke jaringan dan organ tubuh akan terganggu (Sodjadi, 2006). Angka kematian bayi
merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengukur tingkat kemajuan bangsa.
Target MDGs sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan
balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup (Pusat data dan
informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013) .
Pada
tahun 2010 Asia tenggara menduduki peringkat kedua tertinggi untuk kematian
balita yang diakibatkan asfiksia neonatorum setelah Pasifik Barat yaitu 11%.
Asfiksia neonatorum menjadi penyebab kedua tertinggi dari kematian balita
dibawah usia 5 tahun di Indonesia pada tahun 2010 yaitu sebanyak 11% setelah
prematur sebanyak 25%. (World health organization, 2013).
Berdasarkan data dari profil
kesehatan Kota Bengkulu tahun 2011, kematian bayi berjumlah 64 orang dan bayi
lahir mati berjumlah 25 orang. Faktor penyebab angka kematian bayi adalah BBLR
12 orang (18,75%) , asfiksia 4 orang (6,25%), dan penyebab lain-lain 11 orang
(17,18%) (Dinkes Kota Bengkulu, 2012).
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan di BPM Bidan Liliana, SST, SKM Kota
Bengkulu”.
B.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat
melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia ringan di BPM
Bidan L pada bulan Maret 2014
2.
Tujuan khusus
a.
Penulis mampu
melakukan pemeriksaan umum pada bayi dengan Asfiksia Ringan
b.
Penulis mampu
melakukan pengkajian fisik pada pada bayi dengan Asfiksia Ringan
c.
Penulis mampu
mendokumentasikan hasil analisis dan interpretasi dari data subjektif dan objektif
d.
Penulis mampu
melakukan penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia
Ringan
C.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Akademik
Bagi profesi
kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan peran, fungsi dan tanggung
jawab dalam bentuk asuhan kebidanan dalam memberikan asuhan neonatus, bayi dan
anak balita.
2. Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan
keterampilan dan penatalaksanaan di dalam melakukan tindakan risiko asfiksia
neonatorum dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kualitas tenaga medis
dalam melakukan manajemen bayi baru lahir untuk mencegah komplikasi dan dampak
berkepanjangan yang dapat disebabkan oleh asfiksia.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah
wacana ilmu pengetahuan baik untuk penulis maupun pembaca dalam proses
memberikan “ Asuhan Kebidanan Pada By “K“ Dengan Asfiksia Ringan di BPM Bidan L
pada bulan Maret 2014 sesuai dengan wewenang bidan.
BAB
II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah kurangnya oksigen yang mencapai otak sehingga menyebabkan
kehilangan kesadaran dan, jika tidak dilakukan penanganan yang efektif, pada
akhirnya menyebabkan kematian (Brooker, 2008)
Asfiksia
neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya (Vivian, 2011).
2. Pembagian
Tanda serta Gejala Asfiksia
Tanda serta
gejala asfiksia menurut Vivian( 2011) yaitu:
a. Asfiksia
berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,
sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala
yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut; Frekuensi jantung kecil yaitu <40 kali per
menit, tidak ada usaha napas tonus otot lemah bahkan
hampir tidak ada, bayi
tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan
sampai berwarna kelabu dan terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
b. Asfiksia
sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia
sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut; Frekuensi jantung menurun
menjadi 60-80 kali permenit, usaha
napas lambat, tonus
otot biasanya dalam keadaan baik,
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan, bayi
tampak sianosis dan tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
c. Asfiksia
ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia
ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut; Takipnea dengan napas
lebih dari 60 kali permenit, bayi
tampak sianosis, adanya
retraksi sela iga, bayi
merintih (grunting), adanya
pernapasan cuping hidung, bayi
kurang aktivitas, dari
pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, wheezing positif.
3. Penyebab
Asfiksia Neonatorum
Menurut
Winkjosastro (2007), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah utero plasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali
pusat pada bayi.
Faktor ibu disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia,
pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau
partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan). Faktor Tali Pusat terdiri dari lilitan
tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan).
Penolong persalinan harus mengetahui
faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila
ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan
tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan
penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
4. Diagnosis
Asfiksia Neonatorum
Menurut Winkjosastro (2007),
asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
a. Denyut jantung janin yaitu peningkatan kecepatan denyut jantung
umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke
bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal
itu merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium
dalam air ketuban yaitu mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan
tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaan pH darah janin yaitu dengan menggunakan amnioskop yang
dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan
diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
5. Penilaian
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Menurut
Sarwono (2006), aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir
adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif
berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan
tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan
oleh tiga tanda penting, yaitu : penafasan, denyut jantung, warna kulit. Nilai
apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif.
6. Penatalaksanaan
Asfiksia Neonatorum
Menurut Winkjosastro (2007),
tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu : Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam
posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dan kadang
trachea, bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memakai
rangsangan taksil untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila perlu seperti :
sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan
infeksi). Ketiga adalah mempertahankan
sirkulasi dengan cara rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan
cara : kompresi dada dan pengobatan.
7. Persiapan
Resusitasi
Menurut Sarwono (2006), persiapan untuk
resusitasi yaitu:
a. Mengantisipasi
bayi lahir dengan depresi atau asfiksia dengan cara meninjau riwayat antepartum dan
meninjau riwayat intrapartum.
b. Urutan
pelaksanaan resusitasi yaitu mencegah kehilangan panas dan mengeringkan tubuh bayi dengan
cara alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan
bayi hangat, bayi di letakkan di bawah pemancar panas, tubuh dan kepala bayi di keringkan dengan menggunakan handuk
atau selimut hangat, apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan untuk
menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium di hisap dari trakea dan untuk
bayi sangat kecil (BB< 1500 gr) atau apabila suhu ruangan sangat dingin
dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandang.
c. Meletakkan bayi dalam posisi yang
benar dengan cara bayi di letakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus
dan leher sedikit tengadah (ekstensi) dan untuk mempertahankan agar leher tetap
tengadah, letakkan handuk atau selimut yang di gulung di bawah bahu bayi, sehingga
bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
d. Membersihkan jalan nafas yaitu
tindakan yang kita lakukan adalah kepala bayi di miringkan agar caiaran
berkumpul dimulut dan tidak di faring bagian belakang, mulut di bersihkan
terlebih dahulu dengan maksud: Cairan tidak teraspirasi, Hisapan pada hidung
akan menimbulkan pernafasan megap-megap (gasping),
apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan
dari trakea dengan menggunakan pipa ET.
e. Menilai bayi yaitu penilaian bayi di
lakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi
seperti :
1) Usaha bernafas, apabila bayi
bernafas spontan dan memadai, lanjutkan dengan menilai frekuensi denyut
jantung, apabila bayi mengalami apnu atau sukar bernafas (megap-megap atau gasping) dilakukan rangsangan taktil
dengan menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung
bayi sambil memberikan oksigen dan apabila setelah beberapa detik tidak terjadi
reaksi atas rangsangan taktil, mulailah pemberian VTP dan pemberian oksigen
harus berkonsentrasi 100% (yang di peroleh dari tabung oksigen) kecepatan
aliran oksigen paling sedikit 5 liter per menit.
2) Frekuensi denyut jantung yaitu
segera setelah menilai usaha bernafas dan melakukan tindakan yang diperlukan
tanpa memperhatikan pernafasan apakah spontan normal atau tidak, segera
dilakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi, apabila frekuensi denyut
jantung lebih dari 100/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit, apabila frekuensi denyut jantung <100/menit, walaupun
bayi bernafas spontan, menjadi indikasi untuk dilakukan VTP, apabila detak
jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus segera diberikan dan pada saat
yang sama VTP dan kompresi dada dimulai.
3) Warna kulit yaitu penilaian warna
kulit dilakukan apabila bayi bernafas. spontan dan frekuensi denyut jantung
bayi >100/menit, apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan
dan apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan. Sianosis
perifer disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain
karena suhu ruang bersalin yang dingin, bukan akibat hypoxemia.
A. Konsep Asuhan
Kebidanan
SOAP
ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI “...” BAYI BARU LAHIR
DENGAN
ASFIKSIA RINGAN
Tanggal Masuk/jam :
Tanggal pengkajian/jam :
Pengkaji :
Identitas
1. Biodata Bayi
Nama
Bayi :
Umur
:
Tanggal
Lahir/ jam :
Jenis Kelamin :
2. Biodata Orang Tua
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
Subjektif
Ibu
mengatakan bayi
tidak langsung menangis dan tubuhnya pucat. Ibu melahirkan usia kehamilan
... minggu dengan air
ketuban bercampur mekonium, tanggal ... bulan ... tahun ... jam ... secara ... dan berat badan bayi ... gram. Ibu mengatakan pernah/tidak pernah menderita penyakit
hipertensi, DM, penyakit menular, menahun, dll. Ibu mengatakan dalam
keluarganya ada/tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun dan
keturunan kembar.
Objektif
K/U: (baik, sedang, lemah), kesadaran: composmentis, P:
>60x/menit, N: >120x/menit, T: 36,5-37,5oC, A/S 7-10, PB
48-52cm, LD 30-38cm, LK 33-35cm, BB 2.500-4.000 gram, hidung: ada pernapasan
cuping hidung, dada: ada retraksi sela iga, kulit: tubuh bayi merah tetapi
ekstremitas pucat (kebiruan),
ekstremitas: kurang bergerak, auskultasi: ronchi (+), rales (+), dan
wheezing (+).
Analisa
Bayi “...” umur...
dengan asfiksia ringan
Planning
1. Membersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa
steril.
2. Memotong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
3. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering yang
bersih dan hangat.
4. Menilai status pernapasan 1 menit pertama.
5. Membaringkan bayi dengan kepala sedikit ekstensi.
6. Memiringkan kepala bayi.
7. Memberikan rangsangan taktil.
8. Melakukan kompresi dada dan pengobatan.
9. Menilai status pernapasan 5 menit pertama.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
SOAP
ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI “K” BAYI BARU LAHIR
DENGAN
ASFIKSIA RINGAN
DI BPM BIDAN L
Tanggal Masuk/jam :
Tanggal pengkajian/jam :
Pengkaji :
Identitas
1. Biodata Bayi
Nama
Bayi : By. K
Umur
: Baru lahir
Tanggal
Lahir/ jam : 15-032014/22.45
WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Biodata Orang Tua
Nama Ibu :
Ny. D Nama
Suami : Tn. H
Umur : 21 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Gunung Bungkuk
Subjektif
Ibu
mengatakan bayi
tidak langsung menangis dan tubuhnya pucat. Ibu melahirkan usia kehamilan
41 minggu dengan air
ketuban bercampur mekonium, tanggal 15 bulan Maret tahun 2014 jam 22.45 WIB secara spontan/normal dan berat badan bayi 3000 gram. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
hipertensi, DM, penyakit menular, menahun, dll. Ibu mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan
kembar.
Objektif
K/U: lemah) kesadaran: composmentis, P: >65x/menit, N:
>122x/menit, T: 36,5oC, A/S 7/9, PB 50 cm, LD 33 cm, LK 34 cm, BB
3.000 gram, hidung: ada pernapasan cuping hidung, dada: ada retraksi sela iga,
kulit: tubuh bayi merah tetapi ekstremitas pucat (kebiruan), ekstremitas: kurang bergerak, auskultasi:
wheezing (+), JK: laki-laki, testis sudah turun, anus (+).
Analisa
Bayi “K” umur 0 hari
dengan asfiksia ringan
Planning
Jam 22.45 WIB
|
:
|
Memotong tali pusat bayi 3-5 cm dari umbilikus dan
menggunakan telapak tangan untuk melindungi bayi lalu diikat dengan tali dan
dibungkus dengan kasa steril.
Tali pusat bayi telah terpotong, dikat dengan tali dan
terbungkus kasa steril.
|
Jam 22.46 WIB
|
:
|
Menilai keadaan bayi.
Bayi menangis merintih, tubuh berwarna kemerahan tetapi
ekstremitas atas-bawah berwana kebiruan, DJJ 122x/menit, gerakan aktif tapi
hanya sedikit bergerak (A/S 1 menit
pertama 7).
|
Jam 22.47 WIB
|
:
|
Mempertahankan suhu
tubuh tetap hangat dan memberikan
rangsangan taktil.
Bayi
di dikeringkan dengan handuk sambil digosok-gosok punggung
dan menyentil kaki untuk memberi rangsangan taktil
|
Jam 22.48 WIB
|
:
|
Menghisap lendir yang
terdapat pada mulut dan hidung bayi dengan menggunakan pipa ET.
Bayi bernafas
spontan.
|
Jam 22.49 WIB
|
:
|
Meletakkan
bayi dalam posisi yang benar dan dibawah sinar lampu.
Bayi terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher
sedikit tengadah (ekstensi) sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm) dibawah
sinar lampu dengan jarak 30 cm.
|
Jam 22.50 WIB
|
:
|
Menilai keadaan bayi .
Bayi bernafas spontan, denyut jantung 122x/menit,
gerakan aktif tetapi hanya sedikit bergerak,
tubuh dan ekstremitas berwarna kemerahan (A/S 5 menit 9).
|
Jam 22.51 WIB
|
|
Memasangkan bedong pada bayi lalu meletakkan bayi
dengan posisi kepala miring untuk mengeluarkan lendir yang tersisa.
Bayi sudah dibedong dan bayi tidur dalam posisi miring
ke kanan.
|
B. Catatan
Perkembangan
DATA
PERKEMBANGAN HARI KE-1
BPM Bidan
Liliana, SST, SKM
|
Nama Pasien : By.”K”
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
|
Tanggal & Jam
|
Catatan Perkembangan
(SOAP)
|
Nama & Paraf
|
16-03-2014
06.00 Wib
06.05 WIB
06.10 WIB
06.15 WIB
06.20 WIB
06.25 WIB
06.35 WIB
06.40 WIB
|
S :
ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi sudah menyusu
O :
K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5α΄ΌC, P : 40
x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, reflek hisap
: lemah, abdomen tidak kembung, tali pusat basah, BAK (+) 4-5x berwarna kuning,
BAB(+) konsistensi lembek, berwarna hitam 3-4x
A : By.”K”, umur 1 hari
P :
1.
Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi
:
Observasi
telah dilakukan
2.
Memantau pertumbuhan dan perkembangan
meliputi BB, PB, LK .
Evaluasi
:
Telah
dipantau dan ibu mengetahui keadaan bayinya
3.
Mengajarkan pada ibu cara perawatan
tali pusat agar tidak terjadinya infeksi dengan tidak membubuhi apapun pada
tali pusat bayi.
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang diajarkan.
4.
Mengajarkankan pada ibu cara merawat
bayi seperti mengganti popok bayi setiap kali basah dan memandikan bayi
jangan terlalu lama..
Evaluasi:
Ibu
mengerti apa yang diajarkan.
5.
Memandikan bayi.
Evaluasi:
Bayi
sudah dimandikan.
6.
Memberikan imunisasi HB0 dan
vitamin K pada bayi.
Evaluasi:
Imunisasi dan vitamin K telah diberikan secara IM.
7.
Memberikan terapi: Ampicilin 2 x 50 mg
dengan dosis 2 kali sehari (pagi dan malam hari).
Evaluasi
:
Obat
telah diberikan.
|
Laila Nahdiyah
|
|
|
|
|
DATA
PERKEMBANGAN HARI KE-2
Rumah By “K”
|
Nama Pasien : By.”K”
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
|
Tanggal & Jam
|
Catatan Perkembangan
(SOAP)
|
Nama & Paraf
|
17-03-2014
07.00 Wib
07.05 WIB
07.10 WIB
07.15 WIB
07.20 WIB
|
S :
ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi sudah menyusu
O :
K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5α΄ΌC, P : 40
x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat basah, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi
lembek, berwarna hitam 3-4x
A : By.”K”, umur 2 hari
P :
1.
Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi
:
Observasi
telah dilakukan
2.
Menjaga suhu tubuh bayi/ menghangatkan
bayi agar bayi jangan sampai hipotermi dengan membedong bayi.
Evaluasi
:
Bayi
dalam keadaan terbedong.
3.
Menjelaskan pada ibu tentang ASI
ekslusif yaitu menyusui bayi 0-6 bulan tanpa diberikan makanan lain dan
memberikan ASI sesering mungkin minimal 8 kali/hari.
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang dijelaskan.
4.
Mengajarkan ibu cara menyusui yang
benar yaitu bayi menghisap hingga ke aerola dan menyusui mulai dari payudara
yang terasa penuh.
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang diajarkan.
|
Laila Nahdiyah
|
|
|
|
|
DATA
PERKEMBANGAN HARI KE-3
Rumah By “K”
|
Nama Pasien : By.”K”
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
|
Tanggal & Jam
|
Catatan Perkembangan
(SOAP)
|
Nama & Paraf
|
18-03-2014
07.00 Wib
07.05 WIB
07.10 WIB
07.15 WIB
07.20 WIB
|
S :
ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi kuat menyusu
O :
K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5α΄ΌC, P : 40
x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat kering, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi
lembek, berwarna hitam 3-4x
A : By.”K”, umur 3 hari
P :
1.
Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi
:
Observasi
telah dilakukan
2.
Menjaga suhu tubuh bayi/ menghangatkan
bayi agar bayi jangan sampai hipotermi dengan membedong bayi.
Evaluasi
:
Bayi
dalam keadaan terbedong.
3.
Menjelaskan pada ibu tentang bahaya
nifas seperti pusing berlebihan, perdarahan, lochea berbau, dan demam 39-40oC.
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang dijelaskan.
4.
Mengajarkan ibu cara perawatan
payudara yaitu dengan membersihkan puting menggunakan air hangat atau minyak
kelapa dan melakukan masase pada payudara.
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang diajarkan.
|
Laila Nahdiyah
|
|
|
|
|
DATA
PERKEMBANGAN HARI KE-4
Rumah Bayi “K”
|
Nama Pasien : By.”K”
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
|
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
|
Tanggal & Jam
|
Catatan Perkembangan
(SOAP)
|
Nama & Paraf
|
19-03-2014
08.00 Wib
08.05 WIB
08.10 WIB
08.15 WIB
08.20 WIB
|
S
: Ibu mengatakan bayi menangis,
gerakan bayi aktif dan bayi sering menetek pada ibu nya
O :
K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5α΄ΌC, P : 40
x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat lepas, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi
lembek, berwarna hitam 3-4x
A : By.”k”,
umur 4 hari
P :
1. Mengobservasi
K/u dan TTV
Evaluasi :
Observasi
telah dilakukan
2.
Penkes kepada ibu tentang personal hygiene
Evaluasi
:
Ibu
mengerti apa yang dijelaskan
3.
Jemur bayi dibawah sinar matahari
dibawah jam 08.00 WIB
Evaluasi
:
Bayi
telah dijemur
4.
Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB
segera setelah masa nifas
Evaluasi
:
Ibu
mau mengikuti anjuran
|
Laila Nahdiyah
|
|
|
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Kesenjangan
antara Kasus dengan Teori Yang Ada
Pada bab ini penulis membahas
kesenjangan yang ada antara penatalaksanaan kasus dengan konsep teori yang
telah diuraikan pada Bab II. Penulis
menggunakan manajemen kebidanan dengan metode SOAP, dan pembahasan akan
diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut:
1. Subyektif
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar
yang merupakan data awal dari
manajemen kebidanan dengan metode SOAP, dilaksanakan dengan wawancara, pemeriksaan
fisik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Pada tahap identifikasi data dasar
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data
baik klien maupun keluarganya serta bidan yang ada diruangan dapat memberikan
informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk memperoleh data-data yang
diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat, data yang diambil dilakukan
secara terfokus.
Menurut Winkjosastro (2007), ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum antara lain : Faktor
ibu disebabkan oleh preeklampsia
dan eklampsia, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta),
partus lama atau partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan). Faktor Tali Pusat terdiri dari lilitan
tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan).
Berdasarkan pengkajian dalam kasus asfiksia ringan pada By.”K” ditemukan faktor penyebab asfiksia yaitu air ketuban yang
bercampur dengan mekonium. Dalam asuhan kebidanan pada By “K” berdasarkan identifikasi
yang dilakukan ada kesamaan antara teori faktor
penyebab terjadinya asfiksia dengan penyebab asfiksia ringan pada kasus By. “K”.
2. Obyektif
Menurut Vivian (2011), ada beberapa tanda
bayi dengan asfiksia ringan
antara lain : takipnea
dengan napas lebih dari 60 kali permenit,
bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping
hidung, bayi kurang aktivitas, dari pemeriksaan
auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, wheezing positif..
Berdasarkan pengkajian dalam kasus asfiksia ringan pada By.”K” ditemukan apgar score yaitu 7/9 dengan tanda dan gejala
asfiksia ringan yaitu bayi menangis merintih, pernapasan 65 kali permenit, nadi
122 kali permenit, gerakan bayi aktif tetapi hanya sedikit bergerak dan tubuh
bayi berwarna kemerahan tetapi bagian ekstremitas berwarna kebiruan (pucat).
Dalam asuhan kebidanan pada By “K” berdasarkan observasi
yang dilakukan ada kesamaan antara teori tanda
dan gejala asfiksia ringan dengan tanda dan gejala asfiksia ringan yang
ditemukan pada kasus By. “K”.
3. Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data objektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan.
Keadaan pasien setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis (Sudarti, 2010).
Pada kasus ini, penulis mendapatkan diagnosa kebidanan bayi”K” umur 0 jam
dengan Asfiksia Ringan dengan tanda dan gejala yang ditemukan yaitu bayi
menangis merintih, pernapasan 65 kali permenit, nadi 122 kali permenit, gerakan
bayi aktif tetapi hanya sedikit bergerak dan tubuh bayi berwarna kemerahan
tetapi bagian ekstremitas berwarna kebiruan (pucat). Asfiksia Neonatorum disini terjadi air ketuban
yang bercampur mekonium. Jadi, dalam langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori Winkjosastro (2007), penatalaksanaan yang dilakukan
yaitu: Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam
posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dan kadang
trachea, bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memakai
rangsangan taktil
untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon
pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). Ketiga adalah mempertahankan sirkulasi dengan cara rangsangan
dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : kompresi dada dan pengobatan.
Pada
kasus ini asuhan yang diberikan pada
bayi “K” dengan asfiksia ringan yaitu: Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam
posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dengan memasukkan pipa endo trachel (pipa ET)
untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan
cara memberikan rangsangan taksil seperti gosokan pada
punggung dan sentilan pada telapak kaki bayi.
Dalam
langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada langkah kedua rangsangan taktil yang
diberikan sesuai teori yaitu menggunakan sungkup dan balon pipa ET dan balon sedangkan pada kasus bayi “K” rangsangan taktil yang
diberikan berupa gosokan pada punggung dan sentilan pada telapak kaki
bayi. Dalam kasus bayi “K” penulis juga tidak menemukan adanya langkah ketiga
yaitu mempertahankan sirkulasi dengan cara rangsangan kompresi dada dan
pengobatan, hal ini dikarenakan pada kasus bayi “K” setelah dilakukannya
penatalaksanaan langkah pertama dan kedua bayi sudah bisa bernapas secara
spontan dan nadi bayi normal yaitu 122 kali permenit.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asuhan
kebidanan pada bayi dengan Asfiksia
Ringan dapat diterapkan
melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan metode SOAP diantaranya sebagai
berikut :
1. Dalam
melakukan pengkajian terhadap By. “K”
dengan Asfiksia Ringan telah dilakukan
anamnesis dan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik pada pasien BB : 3000 gram, LK : 34 cm, LD : 33 cm,dan PB : 50 cm, A/S 7/9.
2. Analisa
data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga
didapatkan diagnose kebidanan By.”K”
dengan Asfiksia Ringan. Masalah yang mungkin terjadi yaitu RDS.
3. Penatalaksanaan
asuhan yang diberikan bayi dengan Asfiksia
Ringan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
antara lain : menjaga suhu, membuka saluran nafas, dan memberi rangsangan
taktil.
B.
Saran
Dari adanya kesimpulan tersebut diatas
maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi
Bidan
Diharapkan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi”K” dengan Asfiksia Ringan dalam memberikan
asuhan kebidanan bidan hendaknya lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan.
2. Bagi
institusi
a. Lahan Praktik
Untuk
RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan pendekatan manajemen
kebidanan secara komprehensif, sehingga pasien merasa senang dan nyaman
terhadap pelayanan yang diberikan.
b.
Akademik
Diharapkan
mahasiswa dapat mengikuti perkembangan yang terjadi berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan bahwa tidak selamanya
asuhan kebidanan yang dilakukan menurut teori dan praktek itu sama, disamping
itu juga dapat dijadikan bahan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2008. “Keterampilan
Dasar Praktek Klinik”. Jakarta : Salemba Medika
Arief. 2009.
“Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak”. Yogyakarta : Nuha Medika
Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan : EGC. Jakarta.
Depkes RI. 2008. “ Status Kesehatan Indonesia”.
Dewi Vivian Nanny Lia. 2011. “Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita”. Jakarta : Salemba Medika
Handayani. 2010. “Manajemen Asuhan Kebidanan”. Jakarta : EGC
Sarwono, 2006. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Bina Pustaka
SDKI.
2010. Ringkasan eksekutif data dan
informasi kesehatan Provinsi Bengkulu.
Sudarti. Fauziah. 2010. “Dokumentasi Kebidanan”. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sukamti. Dkk. 2009. “Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan
Anak”. Jakarta : Trans Info Medika
Winkjosastro,GH. 2007. Buku
acuan Asuhan Persalinan Normal dan
Inisias Menyusui Dini , Jakarta : JNPK