Minggu, 29 Desember 2013

Aku, Kamu, Kita

Ada rahasia terdalam yang aku simpan rapat dalam hati,
yang tak aku ceritakan padamu,
Cerita aku, cerita kamu, tentang kita.
Dalam kesenyapan, diantara sepi yang menyapa
Putaran memori masa itu menghampiriku
Terputar kembali kilas-balik semua tentang kita, waktu kita bersama
Saat kau tertawa, saat kau bercanda,
Saat kau terjatuh, saat kau menangis,

Aku mengenalmu melalui sebuah nama,
Aku memahamimu bersama waktu yang beriring,
Kamu... adalah kamu...

Aku mengagumi kedalaman pikiranmu, caramu memandang hidup
Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar bayang-bayang.
Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak,
sampai lupa kemampuan diriku sendiri.
Aku bahkan mengabaikan suara lirih didasar hatiku.
Aku buta, juga tuli.
Dan disatu titik akhirnya aku tersungkur.
Kau berlalu dan mengubur pengharapanku...

Beberapa waktu berlalu,
ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatiku yang sempat layu.
Kau kembali datang dengan membawa pengharapanku,
Seiring waktu, seperti pergantian musim.
Anggap saja ini musim panas, bukan musim semi.
Sehingga tunas itu hanya sebatas tunas.
Ia tak pernah tumbuh dengan subur, ia kembali layu.

Hakikkinya cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan, itulah keberanian.
Atau mempersilakan, yang ini pengorbanan.

Dan inilah yang aku teguhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar