Ada
rahasia terdalam yang aku simpan rapat dalam hati,
yang
tak aku ceritakan padamu,
Cerita
aku, cerita kamu, tentang kita.
Dalam
kesenyapan, diantara sepi yang menyapa
Putaran
memori masa itu menghampiriku
Terputar
kembali kilas-balik semua tentang kita, waktu kita bersama
Saat
kau tertawa, saat kau bercanda,
Saat
kau terjatuh, saat kau menangis,
Aku
mengenalmu melalui sebuah nama,
Aku
memahamimu bersama waktu yang beriring,
Kamu...
adalah kamu...
Aku
mengagumi kedalaman pikiranmu, caramu memandang hidup
Aku
begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar bayang-bayang.
Aku
menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak,
sampai
lupa kemampuan diriku sendiri.
Aku
bahkan mengabaikan suara lirih didasar hatiku.
Aku
buta, juga tuli.
Dan
disatu titik akhirnya aku tersungkur.
Kau
berlalu dan mengubur pengharapanku...
Beberapa
waktu berlalu,
ternyata
Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatiku yang sempat layu.
Kau
kembali datang dengan membawa pengharapanku,
Seiring
waktu, seperti pergantian musim.
Anggap
saja ini musim panas, bukan musim semi.
Sehingga
tunas itu hanya sebatas tunas.
Ia
tak pernah tumbuh dengan subur, ia kembali layu.
Hakikkinya
cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia
mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia
adalah keberanian, atau pengorbanan.
Cinta
tak pernah meminta untuk menanti.
Ia
mengambil kesempatan, itulah keberanian.
Atau
mempersilakan, yang ini pengorbanan.
Dan
inilah yang aku teguhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar