BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan upaya
keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang
lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)
Rujukan Pelayanan Kebidanan
adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh
bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Tata laksana rujukan:
- Internal antas-petugas di satu rumah
- Antara puskesmas pembantu dan
puskesmas
- Antara masyarakat dan puskesmas
- Antara satu puskesmas dan puskesmas
lainnya
- Antara puskesmas dan rumah sakit,
laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
- Internal antar-bagian/unit pelayanan
di dalam satu rumah sakit
- Antar rumah sakit, laboratoruim atau
fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
2.2 TUJUAN SISTEM RUJUKAN
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan
mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan
Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas
puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan
AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a
Meningkatkan
kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko
tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b
Menyeragamkan
dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
2.3 KEGIATAN DAN PEMBAGIAN DALAM
SISTEM RUJUKAN
Rujukan
dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit
kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus
patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman
kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang
memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga
didalamnya pengiriman bahan laboratorium.
Jika
penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap
(surat balasan).
Rujukan
informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim
dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja
sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama
mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk
memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan perkembangan
maupun penelitian.
Menurut tata
hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
·
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.
·
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat
inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup
pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.
·
Rujukan Medik adalah rujukan
pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita
untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan
setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan
kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah
sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang
tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau
institusi pendidikan (transfer of personel).
·
Rujukan
Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan
promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
2.4 ALUR SISTEM RUJUKAN
Alur rujukan kasus kegawat daruratan:
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
2.5 LANGKAH-LANGKAH RUJUKAN DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
1.
Menentukan
kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi
terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga
atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas
pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2.
Menentukan
tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3.
Memberikan
informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan
keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan
dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan
keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada
saat awal persalinan.
4.
Mengirimkan
informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita
yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan
dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5.
Persiapan
penderita (BAKSOKUDO)
6.
Pengiriman
Penderita
7.
Tindak
lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan
(rawat jalan pasca penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2.6 RUJUKAN TERHADAP KELAINAN GINEKOLOGI
2.6.1 Asuhan yang diberikan oleh Bidan
Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang
perlu ditanyakan :
· Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan
kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk membantu perawat mengkaji kelompok
resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan sistem reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama
sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal seksualitas, jumlah pasangan.
Penggunaan kontrasepsi dan prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan.
· Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga
Kebiasaan sehat pasien
seperti: diet, tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya juga
ditentukan apakah pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obat.
· Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat
lahir, lingkungan, posisi dalam keluar, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, situasi financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang
menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
· Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya
: nyeri, perdarahan, pengeluaran cairan / sekret melalui vagina, ada massa
keluhan
· Fungsi roproduksi
Nyeri yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama dengan nyeri pada
gangguan system gastrointestinal dan perkemihan pasien harus menguraikan
tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediannya, durasi dan
menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan menstruasi,
seksual fungsi urinarius dan
gastrointestinal.
Perdarahan
perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti : perdarahan pada saat
kehamilan, dan setelah menopause, karakteristik perdarahan abnormal harus
dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus
perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus menstrurasi atau menopause, setelah
berhubungan seksual, trauma atau setelah aktifitas juga dikaji jumlah darah,
warna konsistensi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran
cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di sekitarnya jaringan,
gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas. Perawat harus menanyakan
tentang tentang jumlah, warna, konsiskensi, bau dan pengeluaran terus-menerus.
Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup:
- Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi
badan, berat badan, bentuk / postur tubuh, sistem pernapasan, kardiovaskaler
tingkat kesadaran
- Pemeriksaan spesifik yaitu:
· Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara
dilakukan pada pasien dengan posisi duduk.
Hal yang diperiksa : ukuran,
simetris, apakah ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan perut / bekas luka,
kondisi puting susu.
· Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk
mengetahui adanya masa abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ
reproduksi, sehingga perlu dikombinasikan riwayat kesehatan
· Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian
umur dengan perkembangan system reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan
genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva dari anterior ke posterior hal
yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda peradangan, bengkak, lesi dan
pengeluaran cairan dari vagina.
· Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina
dan serviks, pertama kali dilakukan secara manual dengan jari telunjuk, untuk
menentukan lokasi seviks.
Lakukan inspeksi serviks,
erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga lesi atau luka.
2.6.2 Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
Pemeriksaan Laboratorium
·
Tes papanicolaou’s atau pap smear
Merupakan
pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel prekanker dan kanker juga untuk
mendeteksi adanya gangguan virus, jamur dan parasit. Pemeriksaan sel dinding
vagina juga untuk mengevaluasi fungsi hormon-hormon steroid.
2.6.3 Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit
· Pemeriksaan laboratorium di RS
1.
Pemeriksaan darah
a.
Pituitary Endotropin
Pemeriksaan
ini untuk menentukan tingkat kuantitatif follicle stimulating hormone (FSH),
luteinizing hormone (LH) dan prolaktin kadar serum diperiksa mempergunakan
metode radioimmuniassay
b. Hormon Steroid
Pemeriksaan
radioimmuniassay untuk mendeteksi kadar estrogen, progesterone dan testosterone
pada siklus menstruasi atau orang dewasa laki-laki.
c.
Tes Serologi
Untuk
mendeteksi reaksi antigen-anti bodi terhadap respon mikroorganisme seperti pada
pasien sifillis, rubella dan herpes simpleks
d. VDRL (Veneral
Discase Research Laboratory)
Ini
digunakan untuk mendeteksi, menentukan dan memantau sifillis. Hasil pemeriksaan
berbeda pada setiap tahap sifillis. Pada minggu pertama setelah timbulnya
kelainan kulit hasilnya negatif dan positif sekali 1-3 minggu.
Hasil
pemeriksaan VDRL dibaca dalam tingkat kualitas.
Normal
disebut non reactive
Titer
1 : 8 indikasi adanya sifillis
Titer
diatas 1 : 32 indikasi sifillis stage ill
e.
Treponomo pallidum Immobilization (TPI) dan
Fluoroscent Troponemal Antibody Absorption Test (FTA).
Pemeriksaan
ini dilakukan khusus deteksi adanya : Treponema pollidron, tetapi pemeriksaan
ini lebih mahal dan lama dibandingkan dengan pemeriksaan VDAL. Hasilnya dibaca
positif dan negative, hasil yang (+) mungkin ditemukan lama setelah terapi.
2.
Pemeriksaan Urinalis untuk hormone steroid
Pemeriksaan
urine 24 jam dapat di pergunakan untuk menentukan kadar esterogen total dan
pregnonodial
3.
Pemeriksaan Mikroskopi
Wet
Prep (Wet Smears)
Sekresi
vagina dapat diambil pada awal pemeriksaan
· Tindakan Operatif
-
Persiapan
(Pre-Operatif)
Tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita ada 2 jenis yaitu operasi
minor dan mayor. Operasi minor bertujuan utamanya adalah untuk diagnostik
sedangkan operasi mayor adalah pengangkatan satu atau lebih organ reproduksi.
a.
Operasi minor mencakup : dilatasi dan kuret, biopsi
serviks, konisasi serviks.
b.
Operasi mayor mencakup : oocpharectomy (pengangkutan
ovarium), salpectomy (pengangkutan tuba palofi), histerektomi (pengangkutan
usus), histerektomi radikal (pengangkutan uterus, vagina dan parametrium) serta
eksentrasi pelvic (pengangkatan pelvic dalam mencakup kandung kemih,
rektosigmoid dan semua organ reproduksi).
Persiapan preoperative mencakup persiapan psikologis, pengangkatan organ
reproduksi mempunyai dampak emosional yang sangat penting pada wanita. Peran
perawat dan bidan adalah membantu wanita untuk eksplorasi perasaannya dan
penjelasan tentang tujuan operasi, prosedur dan dampaknya sehingga membantu proses
pemulihan.
Persiapan fisiologis, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan
pembersihan pada traktus urinarius dan kolon. Hal-hal yang perlu dipersiapkan:
1. Pemberian
antibiotic untuk mencegah dan mengobati infeksi
2. Pembersihan kolon mencakup :
pemberian laxative, enema dan diet cair selama 24 jam.
3. Beri obat-obatan pervagina jika resiko
tinggi infeksi
4. Untuk individu yang resiko
thromboplebitis (varises, obesitas dan diabetes mellitus) anjurkan
mempergunakan stocking penunjang, heparin dosis rendah, hentikan oral
konstrasepsi 3-4 minggu sebelum operasi.
-
Pemantauan
Post Operasi mencakup hal-hal sebagai
berikut :
1.
Monitor
-
Keseimbangan cairan elektrolit
-
Bunyi paru dan respirasi
-
Distensi abdomen
-
Nyeri tungkai bawah
-
Pembalut luka
-
Tanda-tanda infeksi
2.
Anjurkan latihan nafas setiap 2-4 jam sampai pasien
aktif.
3.
Beri obat-obat untuk nyeri secara teratur selama 3
hari post operasi, selanjutnya sesuai kebutuhan.
4.
Untuk nyeri karena abdomen gembung (gas) beri
kompres panas pada abdomen, anjurkan ambulasi
5.
Cegah tromboplebilitis
6.
Beri support mental terus-menerus
7.
Anjurkan pasien sebagai berikut :
a.
Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti
pembuluh darah pelvic seperti: angkat barang, jalan cepat, loncat, jogging,
selama 6-8 minggu post operasi.
b.
Latihan aktifitas seksual post operasi
c.
Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu
d.
Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda
tromboemboli
e.
Batasi aktifitas sehari-hari
f.
Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.
2.7 CONTOH KASUS RUJUKAN GINEKOLOGI
(menurut
buku Ginekologi, 2008)
2.7.1
Resiko tinggi
a
Hamil dengan perdarahan
b
Hamil dengan penyakit lain
c
Infertilitas
d
Hamil dengan penyulit lain
2.7.2 Perlu tindakan operatif
a
Postmatur > SC
b
KET
c
Mola
d
Abortus
e
Robekan portio
f
. Hematoma
vulva
2.7.3 Gawat darurat obstetrik
a
HPP
b
Syok
c
Ruptura uteri
d
Pre eklampsia – Eklampsia
2.7.4 Penyakit kelainan haid yang
diperkirakan disebabkan oleh tumor dan memerlukan tindakan operatif
a.
amenorrhoe
b.
hipermenorrhoe
c.
hipomenorrhoe
d.
polymenorrhoe
e.
dismenorrhoe