Sabtu, 12 September 2015

RHA Banjir

Sepertinya untuk kasus sih fiktif tapi lupa juga, maklum tugas 2 tahun yang lalu :D
tapi teori insya allah benar dan tidak menyesatkan, sekali lagi insya allah ya :D

TUGAS
DESA SIAGA
“RHA BANJIR”



Dosen Pembimbing        : Bunda Lusi Andriani, SST, M.Kes
Disusun Oleh                  : Laila Nahdiyah
NIM                                 : PO 5140111063
Kelas                                : 2A

JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KOTA BENGKULU
2012/2013



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui kegiatan yang dilakukan pada surveilans bencana.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.    Mengetahui surveilans bencana pada sebelum terjadinya bencana
b.    Mengetahui surveilans bencana pada saat terjadinya bencana
c.    Mengetahui surveilans bencana pada sesudah terjadinya bencana
1.3 Ruang Lingkup
Makalah ini membahas tentang definisi bencana, surveilans epidemiologi san surveilans bencana.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Sumber lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan.
2.1.2 Klasifikasi Bencana
Bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut Penyebab :
a.       Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan angin taufan)
b.      perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.
Menurut Perkiraan :
a.       Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,
b.      Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
Menurut Waktu Berlangsungnya :
a.       Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
b.      Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
Menurut Frekuensi :
a.       Sering : angin tornado dan taufan,
b.      Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
Menurut Dampak :
a.       Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
b.      Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana
Bencana alam dapat memperbesar risiki penyakit yang dapat dicegah akibat perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut :
1.    Kepadatan penduduk
Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan pasca bencana.
2.    Perpindahan penduduk
Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang rentan.
3.    Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air
Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
4.    Terganggunya program kesehatan masyarakat
Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program pengendalian vector atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang tidak terlindung.
5.    Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor
Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di daerah banjir.
6.    Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar
Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.
7.    Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana
Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular.
2.2 Surveilans Epidemilogi
2.2.1 Definisi Surveilans
Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis, interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penganggulangannya.
2.2.2 Tujuan Surveilans:
a.    Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.
b.    Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya.
c.    Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
2.2.3 Kegunaan Surveilans
Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut :
1.      Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan dengan tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.
2.      Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
3.      Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
4.      Memberikan informasi dan data dasar  untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
5.      Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
6.      Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan program.
7.      Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan, wilayah dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman mengenai vector penyakit, reservoir binatang dan dinamika penularan penyakit menular.
2.3 Surveilans Bencana
Surveilans bencana meliputi :
1.      Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut.
Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :
·         Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
·         Kolera
·         Diare berdarah
·         Thypoid fever
·         Hepatitis
·         Penyakit dalam program pengendalian nasional
·         Campak
·         Tetanus
·         Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana
·         Malaria
·         DBD
Penyebab Utama Kesakitan & Kematian
·      Pnemonia
·      Diare
·      Malaria
·      Campak
·      Malnutrisi
·      Keracunan pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.
2.      Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3.      Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
4.      Surveilans rawat jalan.
5.      Surveilans air dan sanitasi.
6.      Surveilans gizi dan pangan.
7.      Surveilans epidemiologi pengungsi.
2.3.1 Peran Surveilans Bencana
Surveilans berperan dalam:
1.    Saat Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa banyak pengungsi lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
2.    Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
3.    Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan respon/evaluasi. Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap darurat,Fase II untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan bencana adalah pada tahapPreparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.
2.3.2 Upaya penanggulangan bencana meliputi
1.      Pra-bencana
·      Kelembagaan/ koordinasi yg solid
·      SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan siapapun)
·      Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)
·      Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
·      Jaringan kerja lintas program/ sector
2.      Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan  hari H hingga H+3.6
Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya.
Assessment terhadap kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya seiring dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih rinci.
Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :
a.       Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat
b.      Menjadi dasar bagi perencanaan program
c.       Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.
d.      Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
·         Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan, dampak, dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat
·         Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi
·         Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan tanggap darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya
·         Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi tanggap darurat.
3.      Pasca bencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya
·         Pengendalian penyakit menular  (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
·         Pelayanan kesehatan dasar
·         Surveilans penyakit
·         Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah, sanitasi makanan, dll)
2.3.3 Manfaat Surveilans bencana
Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar manfaatnya adalah:
a.    Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas tempat penampungan.
b.    Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan pencegahan.
c.    Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,lansia,wanita hamil,sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
d.    Pendataan pengungsi diwilayah,jumlah,kepadatan,golongan,umur,menurut jenis kelamin.
e.    Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
f.     Survei Epidemiologi.
2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana
a.    Pertolongan terhadap kelaparan
Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.
b.    Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan
Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
c.    Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.
d.    Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.
e.       Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan.
f.       Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang
Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam.
g.       Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.
CONTOH PELAKSANAAN RHA BENCANA BANJIR DI DESA TANJUNG JAYA

A.  PENGERTIAN
Penilaian kesehatan cepat dalam bencana banjir melalui pengumpulan informasi cepat dan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.

B.  TUJUAN
1.    Tujuan Umum
Untuk mengukur besaran masalah kesehatan akibat bencana banjir atau pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan penanggulangan kesehatan.
2.    Tujuan Khusus
Untuk menilai :
a.       Jenis Bencana             
b.      Lokasi kejadian banjir             
c.       Penduduk yang terkena dampak banjir
d.      Dampak yang terjadi di bidang kesehatan :
e.       Kemampuan Sumber Daya Manusia

C.  RUANG LINGKUP
1.    Aspek Medis     :
a.       Puskesmas setempat dan sekitar : segera mengerahkan dan menyiapkan petugas kesehatan  untuk  menangani kejadian banjir.
b.      RS    : Rumah sakit siap siaga dalam menindaklanjuti dan menerima rujukan bencana banjir
c.       Dinas Kesehatan Kota : Memerintahkan semua puskesmas untuk melibatkan/ mengirim tenaga kesehatan
2.    Aspek Epidemiologi
Kemungkinan munculnya diare, penyakit kulit, ISPA
3.    Aspek Lingkungan
a)    Air bersih
b)   Jamban
c)    Pembuangan sampah
d)   Tempat pengungsian yang aman
e)    Dapur umum

D.  PENYUSUNAN INSTRUMEN
No
Lokasi Kejadian
Waktu kejadian
Jumlah penduduk yang terkena
Lokasi pengungsian
Masalah kesehatan dan dampaknya
1.
Desa tanjung Jaya, Kota Bengkulu
29 Januari 2013
Pukul 05.00 WIB
300 jiwa
Desa Semarang
1.    Jumlah korban Meninggal : 2 jiwa
2.    Korban Luka : 50jiwa
3.    Jumlah kerusakan sarana : Gedung sekolah : 1 Gedung
Rumah warga :200 rumah
sarana ibadah : 2
4.    Potensi Air bersih : rusak
5.    Kesiapan sarana Yankes :
RS : 1
Puskesmas : 5
6.    Ketersediaan logistik :
Obat-obatan dari pemerintah
Makanan : donatur, pemerintah
7.    Upaya Kesehatan yang telah dilakukan :
Pelatihan dan simulasi SPGDT nakes dan masyarakat
8.    Ketersediaan fasilitas evakuasi
Ambulan :  3
9.    Geografis
Lingkungan perumahan lebih rendah dari jalan
10.    Bantuan awal yang diperlukan :sarana transportasi untuk mengungsi, tempat pengungsian
11.    Kemampuan Respon setempat :
SDM : ditingkatkan
Obat dan alat : dipersiapkan
12.    Hambatan yang ada : keterbatasan air bersih, kurangnya sandang, pangan, sarana MCK yang kurang, Pembuangan sampah kurang

E.   PENGUMPULAN DATA
1.    WAKTU            : Segera setelah kejadian
2.    Lokasi                :  Tempat pengungsian korban
3.    Pelaksana           :  TIM kesehatan yang  ada di desa , kecamatan, kabupaten , maupun Provinsi terdekat

F.   METODE RHA
1.    Wawancara        : saksi, tokoh masyarakat, para pejabat di daerah bencana
2.    Observasi           : dilakukan terhadap kondisi lingkungan daerah bencana banjir

G.  ANALISIS RHA
1.    Luasnya lokasi kejadian : 
a.    Hubungan transportasi dengan lokasi : perjalanan terganggu (karena jalan tergenang air setinggi 1 meter )
b.    Dampak terhadap kelancaran evakuasi  : tidak bisa secara cepat segera sampai tempat pengungsian, jarak pengungsian : di zona aman (yang ditetapkan oleh pemerintah), sekitar 5 menit dari lokasi kejadian
c.    Pelayanan kesehatan : kurangnya tenaga kesehatan
d.   Lokasi pemberi bantuan : di zona aman yang ditetapkan pemerintah sekitar 5 menit dari lokasi kejadian
2.    Dampak Kesehatan terhadap penduduk :
a.    Penduduk mengalami patah tulang dan luka luka
b.    Penduduk mengalami kematian
c.    Penduduk banyak Gangguan Psikis
3.    Potensi Sarana Pelayanan
Kurangnya tenaga kesehatan dan mendirikan posko kesehatan.
4.    Potensi sumber air bersih dan sanitasi :
Kurangnya air bersih
5.    Ketersediaan logistik
Kurangnya persediaan obat-obatan yang diperlukan

H.  REKOMENDASI
1.    Bantuan obat-obatan dan alat sesuai kebutuhan
2.    Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan medis dan tenaga kesehatan lingkungan
3.    Meningkatkan  kebutuhan normatif ( pakaian)
4.     Pengelolaan makanan dan minuman
5.    Pengelolaan sarana kesehatan lingkungan yang diperlukan
6.    Kewaspadaan dini terhadap kemungkinan kejadian luar biasa
7.    Koordianasi lintas sektoral



Tidak ada komentar:

Posting Komentar