Sepertinya untuk kasus sih fiktif tapi lupa juga, maklum tugas 2 tahun yang lalu :D
tapi teori insya allah benar dan tidak menyesatkan, sekali lagi insya allah ya :D
TUGAS
DESA
SIAGA
“RHA
BANJIR”
Dosen
Pembimbing : Bunda Lusi Andriani,
SST, M.Kes
Disusun
Oleh : Laila Nahdiyah
NIM : PO 5140111063
Kelas : 2A
JURUSAN
KEBIDANAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KOTA
BENGKULU
2012/2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bencana
alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia,
seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan
manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan
kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian
yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan:
"bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam
di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan
manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya
sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa
tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun
demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk
yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Terjadinya
bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans
untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum
bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui kegiatan
yang dilakukan pada surveilans bencana.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
surveilans bencana pada sebelum terjadinya bencana
b.
Mengetahui
surveilans bencana pada saat terjadinya bencana
c.
Mengetahui
surveilans bencana pada sesudah terjadinya bencana
1.3
Ruang Lingkup
Makalah
ini membahas tentang definisi bencana, surveilans epidemiologi san surveilans
bencana.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Bencana
adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
dan di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Sumber
lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam, buatan manusia,
atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga
menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan.
2.1.2 Klasifikasi Bencana
Bencana
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut
Penyebab :
a.
Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan
(banjir dan angin taufan)
b.
perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.
Menurut
Perkiraan :
a.
Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,
b.
Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
Menurut
Waktu Berlangsungnya :
a.
Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
b.
Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
Menurut
Frekuensi :
a.
Sering : angin tornado dan taufan,
b.
Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
Menurut
Dampak :
a.
Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
b.
Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana
Bencana
alam dapat memperbesar risiki penyakit yang dapat dicegah akibat perubahan yang
merugikan pada bidang-bidang berikut :
1.
Kepadatan
penduduk
Kontak
yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit bawaan
udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut menyebabkan sebagian
peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan pasca bencana.
2.
Perpindahan
penduduk
Pemindahan
korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik pada penduduk
migran maupun pada penduduk asli yang rentan.
3.
Kerusakan
dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air
Air
minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran saluran
air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
4.
Terganggunya
program kesehatan masyarakat
Setelah
bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan. Jika
program kesehatan masyarakat (misalnya program pengendalian vector atau program
vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran
penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang tidak terlindung.
5.
Perubahan
ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor
Musim
hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat
memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya adalah pertambahan
tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di daerah banjir.
6.
Perpindahan
hewan peliharaan dan hewan liar
Seperti
halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana alam,
sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat ditularkan pada
manusia dan juga pada hewan lain.
7.
Persediaan
makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana
Kebutuhan
dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang berbeda.
Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber baru tersebut tidak
merupakan sumber penyakit menular.
2.2
Surveilans Epidemilogi
2.2.1 Definisi Surveilans
Definisi
surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat dan terus
menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan penyebaran
penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis,
interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan
pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi
kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah
pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan
terus menerus yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dipadukan dengan
diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.
Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah pengamatan secara
teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan
maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan
pencegahan dan penganggulangannya.
2.2.2 Tujuan Surveilans:
a.
Mengurangi
jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.
b.
Mencegah
atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya.
c.
Mencegah
atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
2.2.3 Kegunaan Surveilans
Surveilans
mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut :
1.
Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan dengan
tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.
2.
Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi
dampak penyakit di masa mendatang.
3.
Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya
untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
4.
Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas,
pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya
kesehatan.
5.
Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
6.
Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran program
pada tahap perencanaan program.
7.
Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan, wilayah
dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman mengenai vector
penyakit, reservoir binatang dan dinamika penularan penyakit menular.
2.3 Surveilans Bencana
Surveilans bencana
meliputi :
1.
Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di
lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey
penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan
nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi
penyakit tersebut.
Ada
13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare
berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit
kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
Penyakit Menular
Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :
·
Penyakit yang rentan
epidemik (kondisi padat)
·
Kolera
·
Diare
berdarah
·
Thypoid
fever
·
Hepatitis
·
Penyakit dalam
program pengendalian nasional
·
Campak
·
Tetanus
·
Penyakit endemis
yang dapat meningkat paska bencana
·
Malaria
·
DBD
Penyebab Utama
Kesakitan & Kematian
·
Pnemonia
·
Diare
·
Malaria
·
Campak
·
Malnutrisi
·
Keracunan
pangan
Mudahnya
penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya penyakit sebelum
bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian, kepadatan
penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang
termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau
lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.
2.
Surveilans data pengungsi.
Data
pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin.
Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3.
Surveilans kematian.
Yang
tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis
kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
4.
Surveilans rawat jalan.
5.
Surveilans air dan sanitasi.
6.
Surveilans gizi dan pangan.
7.
Surveilans epidemiologi pengungsi.
2.3.1 Peran Surveilans Bencana
Surveilans berperan
dalam:
1.
Saat
Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja yang
ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-barang apa saja
yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa banyak pengungsi
lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi
lingkungan.
2.
Setelah
Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat
dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya
apa saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari
pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
3.
Menentukan
arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan respon/evaluasi.
Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap darurat,Fase II
untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip
dasar penaggunglangan bencana adalah pada tahapPreparedness atau
kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.
2.3.2
Upaya penanggulangan bencana meliputi
1.
Pra-bencana
·
Kelembagaan/
koordinasi yg solid
·
SDM/
petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan
siapapun)
·
Ketersediaan
logistic (bahan, alat, dan obat)
·
Ketersediaan
informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
·
Jaringan
kerja lintas program/ sector
2.
Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H
hingga H+3.6
Rapid
Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk mengatur
besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu
dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan,
sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam
penanggulangan selanjutnya.
Assessment
terhadap kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya
seiring dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang
lebih rinci.
Tujuan
dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :
a.
Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat
b.
Menjadi dasar bagi perencanaan program
c.
Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta
aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.
d.
Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
·
Menggambarkan
secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan, dampak, dan kemungkinan
terjadinya perubahan keadaan darurat
·
Mengukur
dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi
·
Menilai
kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan tanggap darurat dan kebutuhan
yang perlu direspon secepatnya
·
Merekomendasikan
tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi tanggap darurat.
3.
Pasca bencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya
·
Pengendalian
penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
·
Pelayanan
kesehatan dasar
·
Surveilans
penyakit
·
Memperbaiki
kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah, sanitasi makanan,
dll)
2.3.3
Manfaat Surveilans bencana
Surveilans bencana sangat
penting, secara garis besar manfaatnya adalah:
a.
Mencari
faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas
tempat penampungan.
b.
Mengidentifikasi
Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan pencegahan.
c.
Mengidentifikasi
pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,lansia,wanita hamil,sehingga lebih
memperhatikan kesehatannya.
d.
Pendataan
pengungsi diwilayah,jumlah,kepadatan,golongan,umur,menurut jenis kelamin.
e.
Mengidentifikasi
kebutuhan seperti gizi
f.
Survei
Epidemiologi.
2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam
Surveilans Bencana
a.
Pertolongan
terhadap kelaparan
Para
ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat
menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya
sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sebagai respon
atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara
cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi makanan
sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan
nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan
penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.
b.
Kontrol
Epidemik ; Kantor Pengaduan
Para epidemiologis
selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu
: Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran / mewabahnya
penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat
memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-issu
yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian
menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin
terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena
musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota,
negara-negara industri.
c.
Surveilans
Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera
Masalah
kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya
ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering
diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak
yang jatuh sakit.
d.
Surveilans
Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada
bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang
berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan
nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan
kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan
adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat
layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.
e.
Penelitian
untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah
bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga
untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun
yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru
mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus
mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak
diperlukan.
f.
Analisis
Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang
Pada
beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah
kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu
sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering
direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang
mendalam.
g.
Analisis
Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi
bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5
atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam
epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan
jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan,
memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana.
Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli
terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.
CONTOH PELAKSANAAN RHA BENCANA BANJIR DI DESA
TANJUNG JAYA
A. PENGERTIAN
Penilaian
kesehatan cepat dalam bencana banjir melalui pengumpulan informasi
cepat dan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan
kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk
mengukur besaran masalah kesehatan akibat bencana banjir atau
pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan penanggulangan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Untuk
menilai :
a. Jenis
Bencana
b. Lokasi
kejadian banjir
c. Penduduk
yang terkena dampak banjir
d. Dampak
yang terjadi di bidang kesehatan :
e. Kemampuan
Sumber Daya Manusia
C. RUANG
LINGKUP
1. Aspek
Medis :
a. Puskesmas
setempat dan sekitar : segera mengerahkan dan menyiapkan petugas
kesehatan untuk menangani kejadian banjir.
b. RS :
Rumah sakit siap siaga dalam menindaklanjuti dan menerima rujukan bencana
banjir
c. Dinas
Kesehatan Kota : Memerintahkan semua puskesmas untuk melibatkan/ mengirim
tenaga kesehatan
2. Aspek
Epidemiologi
Kemungkinan
munculnya diare, penyakit kulit, ISPA
3. Aspek
Lingkungan
a) Air
bersih
b) Jamban
c) Pembuangan
sampah
d) Tempat
pengungsian yang aman
e) Dapur
umum
D. PENYUSUNAN
INSTRUMEN
No
|
Lokasi
Kejadian
|
Waktu
kejadian
|
Jumlah
penduduk yang terkena
|
Lokasi
pengungsian
|
Masalah
kesehatan dan dampaknya
|
1.
|
Desa
tanjung Jaya, Kota Bengkulu
|
29
Januari 2013
Pukul
05.00 WIB
|
300 jiwa
|
Desa
Semarang
|
1. Jumlah
korban Meninggal : 2 jiwa
2. Korban
Luka : 50jiwa
3. Jumlah
kerusakan sarana : Gedung sekolah : 1 Gedung
Rumah warga
:200 rumah
sarana
ibadah : 2
4. Potensi
Air bersih : rusak
5. Kesiapan
sarana Yankes :
RS
: 1
Puskesmas
: 5
6. Ketersediaan
logistik :
Obat-obatan
dari pemerintah
Makanan
: donatur, pemerintah
7. Upaya
Kesehatan yang telah dilakukan :
Pelatihan
dan simulasi SPGDT nakes dan masyarakat
8. Ketersediaan
fasilitas evakuasi
Ambulan
: 3
9. Geografis
Lingkungan
perumahan lebih rendah dari jalan
10. Bantuan
awal yang diperlukan :sarana transportasi untuk mengungsi, tempat pengungsian
11. Kemampuan
Respon setempat :
SDM :
ditingkatkan
Obat
dan alat : dipersiapkan
12. Hambatan
yang ada : keterbatasan air bersih, kurangnya sandang, pangan, sarana MCK
yang kurang, Pembuangan sampah kurang
|
E. PENGUMPULAN
DATA
1. WAKTU :
Segera setelah kejadian
2. Lokasi : Tempat
pengungsian korban
3. Pelaksana :
TIM kesehatan yang ada di
desa , kecamatan, kabupaten , maupun Provinsi terdekat
F. METODE
RHA
1. Wawancara :
saksi, tokoh masyarakat, para pejabat di daerah bencana
2. Observasi :
dilakukan terhadap kondisi lingkungan daerah bencana banjir
G. ANALISIS
RHA
1. Luasnya
lokasi kejadian :
a. Hubungan
transportasi dengan lokasi : perjalanan terganggu (karena jalan tergenang
air setinggi 1 meter )
b. Dampak
terhadap kelancaran evakuasi : tidak bisa secara cepat segera sampai
tempat pengungsian, jarak pengungsian : di zona aman (yang ditetapkan oleh
pemerintah), sekitar 5 menit dari lokasi kejadian
c. Pelayanan
kesehatan : kurangnya tenaga kesehatan
d. Lokasi
pemberi bantuan : di zona aman yang ditetapkan pemerintah sekitar 5 menit dari
lokasi kejadian
2. Dampak
Kesehatan terhadap penduduk :
a. Penduduk
mengalami patah tulang dan luka luka
b. Penduduk
mengalami kematian
c. Penduduk
banyak Gangguan Psikis
3. Potensi
Sarana Pelayanan
Kurangnya
tenaga kesehatan dan mendirikan posko kesehatan.
4. Potensi
sumber air bersih dan sanitasi :
Kurangnya
air bersih
5. Ketersediaan
logistik
Kurangnya
persediaan obat-obatan yang diperlukan
H. REKOMENDASI
1. Bantuan
obat-obatan dan alat sesuai kebutuhan
2. Meningkatkan
jumlah tenaga kesehatan medis dan tenaga kesehatan lingkungan
3. Meningkatkan kebutuhan
normatif ( pakaian)
4. Pengelolaan
makanan dan minuman
5. Pengelolaan
sarana kesehatan lingkungan yang diperlukan
6. Kewaspadaan
dini terhadap kemungkinan kejadian luar biasa
7. Koordianasi
lintas sektoral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar