Selasa, 15 September 2015

Studi Kasus # Asfiksia Ringan

Semoga Bermanfaat ^.^
BAB  I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi yang tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Winkjosastro, 2007). Jika bayi mengalami gangguan pernapasan, suplai oksigen ke jaringan dan organ tubuh akan terganggu (Sodjadi, 2006). Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengukur tingkat kemajuan bangsa. Target MDGs sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per  1000 kelahiran hidup (Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013) .
Pada tahun 2010 Asia tenggara menduduki peringkat kedua tertinggi untuk kematian balita yang diakibatkan asfiksia neonatorum setelah Pasifik Barat yaitu 11%. Asfiksia neonatorum menjadi penyebab kedua tertinggi dari kematian balita dibawah usia 5 tahun di Indonesia pada tahun 2010 yaitu sebanyak 11% setelah prematur sebanyak 25%. (World health organization, 2013).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Kota Bengkulu tahun 2011, kematian bayi berjumlah 64 orang dan bayi lahir mati berjumlah 25 orang. Faktor penyebab angka kematian bayi adalah BBLR 12 orang (18,75%) , asfiksia 4 orang (6,25%), dan penyebab lain-lain 11 orang (17,18%) (Dinkes Kota Bengkulu, 2012).
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan di BPM Bidan Liliana, SST, SKM Kota Bengkulu”.
B.  Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia ringan di BPM Bidan L pada bulan Maret 2014
2.    Tujuan khusus
a.    Penulis mampu melakukan pemeriksaan umum pada bayi dengan Asfiksia Ringan
b.    Penulis mampu melakukan pengkajian fisik pada pada bayi dengan Asfiksia Ringan
c.    Penulis mampu mendokumentasikan hasil analisis dan interpretasi  dari data subjektif dan objektif
d.   Penulis mampu melakukan penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan

C.  Manfaat Penelitian
1.    Bagi Akademik
Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan peran, fungsi dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan dalam memberikan asuhan neonatus, bayi dan anak balita.
2.    Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan keterampilan dan penatalaksanaan di dalam melakukan tindakan risiko asfiksia neonatorum dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kualitas tenaga medis dalam melakukan manajemen bayi baru lahir untuk mencegah komplikasi dan dampak berkepanjangan yang dapat disebabkan oleh asfiksia.
3.    Bagi Mahasiswa
Menambah wacana ilmu pengetahuan baik untuk penulis maupun pembaca dalam proses memberikan “ Asuhan Kebidanan Pada By “K“ Dengan Asfiksia Ringan di BPM Bidan L pada bulan Maret 2014 sesuai dengan wewenang bidan.











BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian Asfiksia Neonatorum        
Asfiksia adalah kurangnya oksigen yang mencapai otak sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran dan, jika tidak dilakukan penanganan yang efektif, pada akhirnya menyebabkan kematian (Brooker, 2008)
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Vivian, 2011).
2.      Pembagian Tanda serta Gejala Asfiksia
Tanda serta gejala asfiksia menurut Vivian( 2011) yaitu:
a.       Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
4
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut; Frekuensi jantung kecil yaitu <40 kali per menit, tidak ada usaha napas tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu dan terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
b.      Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut; Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit, usaha napas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis dan tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
c.       Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut; Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas, dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, wheezing positif.
3.      Penyebab Asfiksia Neonatorum
Menurut Winkjosastro (2007), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah utero plasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat pada bayi.
Faktor ibu disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan). Faktor Tali Pusat terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
4.      Diagnosis Asfiksia Neonatorum
Menurut Winkjosastro (2007), asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a.       Denyut jantung janin yaitu peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
b.      Mekonium dalam air ketuban yaitu mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c.       Pemeriksaan pH darah janin yaitu dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
5.      Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Menurut Sarwono (2006), aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : penafasan, denyut jantung, warna kulit. Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif.
6.      Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Menurut Winkjosastro (2007), tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dan kadang trachea, bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). Ketiga adalah mempertahankan sirkulasi dengan cara rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : kompresi dada dan pengobatan.
7.      Persiapan Resusitasi
Menurut Sarwono (2006), persiapan untuk resusitasi yaitu:
a.       Mengantisipasi bayi lahir dengan depresi atau asfiksia dengan cara meninjau riwayat antepartum dan meninjau riwayat intrapartum.
b.      Urutan pelaksanaan resusitasi yaitu mencegah kehilangan panas dan mengeringkan tubuh bayi dengan cara alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hangat, bayi di letakkan di bawah pemancar panas, tubuh dan kepala bayi di keringkan dengan menggunakan handuk atau selimut hangat, apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan untuk menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium di hisap dari trakea dan untuk bayi sangat kecil (BB< 1500 gr) atau apabila suhu ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandang.
c.       Meletakkan bayi dalam posisi yang benar dengan cara bayi di letakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah (ekstensi) dan untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah, letakkan handuk atau selimut yang di gulung di bawah bahu bayi, sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
d.      Membersihkan jalan nafas yaitu tindakan yang kita lakukan adalah kepala bayi di miringkan agar caiaran berkumpul dimulut dan tidak di faring bagian belakang, mulut di bersihkan terlebih dahulu dengan maksud: Cairan tidak teraspirasi, Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap (gasping), apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa ET.
e.       Menilai bayi yaitu penilaian bayi di lakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi seperti :
1)      Usaha bernafas, apabila bayi bernafas spontan dan memadai, lanjutkan dengan menilai frekuensi denyut jantung, apabila bayi mengalami apnu atau sukar bernafas (megap-megap atau gasping) dilakukan rangsangan taktil dengan menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung bayi sambil memberikan oksigen dan apabila setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas rangsangan taktil, mulailah pemberian VTP dan pemberian oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang di peroleh dari tabung oksigen) kecepatan aliran oksigen paling sedikit 5 liter per menit.
2)      Frekuensi denyut jantung yaitu segera setelah menilai usaha bernafas dan melakukan tindakan yang diperlukan tanpa memperhatikan pernafasan apakah spontan normal atau tidak, segera dilakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi, apabila frekuensi denyut jantung lebih dari 100/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit, apabila frekuensi denyut jantung <100/menit, walaupun bayi bernafas spontan, menjadi indikasi untuk dilakukan VTP, apabila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus segera diberikan dan pada saat yang sama VTP dan kompresi dada dimulai.
3)      Warna kulit yaitu penilaian warna kulit dilakukan apabila bayi bernafas. spontan dan frekuensi denyut jantung bayi >100/menit, apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan dan apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan. Sianosis perifer disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin, bukan akibat hypoxemia.

A.  Konsep Asuhan Kebidanan SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “...” BAYI BARU LAHIR
DENGAN ASFIKSIA RINGAN

Tanggal Masuk/jam          :
Tanggal pengkajian/jam   :
Pengkaji                           :
Identitas

1.    Biodata Bayi
Nama Bayi                  :
Umur                           :
Tanggal Lahir/ jam      :
Jenis Kelamin              :
2.    Biodata Orang Tua
Nama Ibu        :                                   Nama Suami    :
Umur               :                                   Umur               :
            Agama             :                                   Agama             :
Pendidikan      :                                   Pendidikan      :
Pekerjaan         :                                   Pekerjaan         :
Alamat                        :                                   Alamat                        :


Subjektif
Ibu  mengatakan bayi tidak langsung menangis dan tubuhnya pucat. Ibu melahirkan usia kehamilan ... minggu dengan air ketuban bercampur mekonium, tanggal ... bulan ... tahun ... jam ... secara ... dan berat badan bayi ... gram. Ibu mengatakan pernah/tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM, penyakit menular, menahun, dll. Ibu mengatakan dalam keluarganya ada/tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan kembar.
Objektif
K/U: (baik, sedang, lemah), kesadaran: composmentis, P: >60x/menit, N: >120x/menit, T: 36,5-37,5oC, A/S 7-10, PB 48-52cm, LD 30-38cm, LK 33-35cm, BB 2.500-4.000 gram, hidung: ada pernapasan cuping hidung, dada: ada retraksi sela iga, kulit: tubuh bayi merah tetapi ekstremitas pucat (kebiruan),  ekstremitas: kurang bergerak, auskultasi: ronchi (+), rales (+), dan wheezing (+).
Analisa
Bayi “...” umur... dengan asfiksia ringan
Planning
1.    Membersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa steril.
2.    Memotong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
3.    Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering yang bersih dan hangat.
4.    Menilai status pernapasan 1 menit pertama.
5.    Membaringkan bayi dengan kepala sedikit ekstensi.
6.    Memiringkan kepala bayi.
7.    Memberikan rangsangan taktil.
8.    Melakukan kompresi dada dan pengobatan.
9.    Menilai status pernapasan 5 menit pertama.















BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “K” BAYI BARU LAHIR
DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI BPM BIDAN L

Tanggal Masuk/jam          :
Tanggal pengkajian/jam   :
Pengkaji                           :
Identitas

1.      Biodata Bayi
Nama Bayi                  : By. K
Umur                           : Baru lahir
Tanggal Lahir/ jam      : 15-032014/22.45 WIB
Jenis Kelamin              : Laki-laki
2.    Biodata Orang Tua
Nama Ibu        : Ny. D                                    Nama Suami : Tn. H
Umur               : 21 tahun                    Umur               : 22 tahun
            Agama             : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan      : SMA                         Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : IRT                            Pekerjaan         : Swasta
Alamat                        : Jl. Gunung Bungkuk
Subjektif
Ibu  mengatakan bayi tidak langsung menangis dan tubuhnya pucat. Ibu melahirkan usia kehamilan 41 minggu dengan air ketuban bercampur mekonium, tanggal 15 bulan Maret tahun 2014 jam 22.45 WIB secara spontan/normal dan berat badan bayi 3000 gram. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM, penyakit menular, menahun, dll. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan kembar.
Objektif
K/U: lemah) kesadaran: composmentis, P: >65x/menit, N: >122x/menit, T: 36,5oC, A/S 7/9, PB 50 cm, LD 33 cm, LK 34 cm, BB 3.000 gram, hidung: ada pernapasan cuping hidung, dada: ada retraksi sela iga, kulit: tubuh bayi merah tetapi ekstremitas pucat (kebiruan),  ekstremitas: kurang bergerak, auskultasi: wheezing (+), JK: laki-laki, testis sudah turun, anus (+).
Analisa
Bayi “K” umur 0 hari dengan asfiksia ringan
Planning
Jam 22.45 WIB
:
Memotong tali pusat bayi 3-5 cm dari umbilikus dan menggunakan telapak tangan untuk melindungi bayi lalu diikat dengan tali dan dibungkus dengan kasa steril.
Tali pusat bayi telah terpotong, dikat dengan tali dan terbungkus kasa steril.
Jam 22.46  WIB
:
Menilai keadaan bayi.
Bayi menangis merintih, tubuh berwarna kemerahan tetapi ekstremitas atas-bawah berwana kebiruan, DJJ 122x/menit, gerakan aktif tapi hanya sedikit bergerak  (A/S 1 menit pertama 7).
Jam 22.47  WIB
:
Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat dan memberikan rangsangan taktil.
Bayi di dikeringkan dengan handuk sambil digosok-gosok punggung dan menyentil kaki untuk memberi rangsangan taktil
Jam 22.48  WIB
:
Menghisap lendir yang terdapat pada mulut dan hidung bayi dengan menggunakan pipa ET.
Bayi bernafas spontan.
Jam 22.49  WIB
:
Meletakkan bayi dalam posisi yang benar dan dibawah sinar lampu.
Bayi terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah (ekstensi) sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm) dibawah sinar lampu dengan jarak 30 cm.

Jam 22.50  WIB
:
Menilai keadaan bayi .
Bayi bernafas spontan, denyut jantung 122x/menit, gerakan aktif tetapi hanya sedikit bergerak,  tubuh dan ekstremitas berwarna kemerahan (A/S 5 menit 9).
Jam 22.51  WIB

Memasangkan bedong pada bayi lalu meletakkan bayi dengan posisi kepala miring untuk mengeluarkan lendir yang tersisa.
Bayi sudah dibedong dan bayi tidur dalam posisi miring ke kanan.
B.  Catatan Perkembangan
DATA PERKEMBANGAN HARI KE-1
BPM Bidan Liliana, SST, SKM
Nama Pasien : By.”K
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
Tanggal & Jam
Catatan Perkembangan
(SOAP)
Nama & Paraf
16-03-2014
06.00 Wib












06.05 WIB


06.10 WIB




06.15 WIB




06.20 WIB




06.25 WIB


06.35 WIB




06.40 WIB

S : ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi  sudah menyusu

O : K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5ᴼC, P : 40 x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, reflek hisap : lemah, abdomen tidak kembung, tali pusat basah, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi lembek, berwarna hitam 3-4x

A :  By.”K”, umur 1 hari
P :
1.    Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi :
Observasi telah dilakukan
2.    Memantau pertumbuhan dan perkembangan meliputi BB, PB, LK .
Evaluasi :
Telah dipantau dan ibu mengetahui keadaan bayinya
3.    Mengajarkan pada ibu cara perawatan tali pusat agar tidak terjadinya infeksi dengan tidak membubuhi apapun pada tali pusat bayi.
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang diajarkan.
4.    Mengajarkankan pada ibu cara merawat bayi seperti mengganti popok bayi setiap kali basah dan memandikan bayi jangan terlalu lama..
Evaluasi:
Ibu mengerti apa yang diajarkan.
5.    Memandikan bayi.
Evaluasi:
Bayi sudah dimandikan.
6.    Memberikan imunisasi HB0 dan vitamin K pada bayi.
Evaluasi:
Imunisasi dan vitamin K telah diberikan secara IM.
7.    Memberikan terapi: Ampicilin 2 x 50 mg dengan dosis 2 kali sehari (pagi dan malam hari).
Evaluasi :
Obat telah diberikan.

Laila Nahdiyah





DATA PERKEMBANGAN HARI KE-2
Rumah By “K”
Nama Pasien : By.”K
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
Tanggal & Jam
Catatan Perkembangan
(SOAP)
Nama & Paraf
17-03-2014
07.00 Wib












07.05 WIB


07.10 WIB




07.15 WIB





07.20 WIB



S : ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi  sudah menyusu

O : K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5ᴼC, P : 40 x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak kembung, tali pusat basah, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi lembek, berwarna hitam 3-4x

A :  By.”K”, umur 2 hari

P :
1.      Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi :
Observasi telah dilakukan
2.    Menjaga suhu tubuh bayi/ menghangatkan bayi agar bayi jangan sampai hipotermi dengan membedong bayi.
Evaluasi :
Bayi dalam keadaan terbedong.
3.    Menjelaskan pada ibu tentang ASI ekslusif yaitu menyusui bayi 0-6 bulan tanpa diberikan makanan lain dan memberikan ASI sesering mungkin minimal 8 kali/hari.
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang dijelaskan.
4.    Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu bayi menghisap hingga ke aerola dan menyusui mulai dari payudara yang terasa penuh.
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang diajarkan.

Laila Nahdiyah
DATA PERKEMBANGAN HARI KE-3
Rumah By “K”
Nama Pasien : By.”K
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
Tanggal & Jam
Catatan Perkembangan
(SOAP)
Nama & Paraf
18-03-2014
07.00 Wib












07.05 WIB


07.10 WIB




07.15 WIB




07.20 WIB



S : ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi  kuat menyusu

O : K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5ᴼC, P : 40 x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak kembung, tali pusat kering, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi lembek, berwarna hitam 3-4x

A :  By.”K”, umur 3 hari

P :
1.    Mengobservasi K/u dan TTV
Evaluasi :
Observasi telah dilakukan
2.    Menjaga suhu tubuh bayi/ menghangatkan bayi agar bayi jangan sampai hipotermi dengan membedong bayi.
Evaluasi :
Bayi dalam keadaan terbedong.
3.    Menjelaskan pada ibu tentang bahaya nifas seperti pusing berlebihan, perdarahan, lochea berbau, dan demam 39-40oC.
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang dijelaskan.
4.    Mengajarkan ibu cara perawatan payudara yaitu dengan membersihkan puting menggunakan air hangat atau minyak kelapa dan melakukan masase pada payudara.
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang diajarkan.


Laila Nahdiyah
DATA PERKEMBANGAN HARI KE-4
Rumah Bayi “K”
Nama Pasien : By.”K
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pengkaji : Laila Nahdiyah
Tanggal & Jam
Catatan Perkembangan
(SOAP)
Nama & Paraf
19-03-2014
08.00 Wib











08.05 WIB


08.10 WIB


08.15 WIB



08.20 WIB

S :  Ibu mengatakan bayi menangis, gerakan bayi aktif dan bayi sering menetek pada ibu nya

O : K/u : Baik , bayi menangis, gerakan aktif, kulit merah, T : 36,5ᴼC, P : 40 x/menit, N : 120 x/menit, BB : 3000 gram, reflek hisap : kuat, abdomen tidak kembung, tali pusat lepas, BAK (+) 4-5x berwarna kuning, BAB(+) konsistensi lembek, berwarna hitam 3-4x

A :  By.”k”, umur 4 hari

P :
1.      Mengobservasi K/u dan  TTV
  Evaluasi :
Observasi telah dilakukan
2.      Penkes kepada ibu tentang personal hygiene
Evaluasi :
Ibu mengerti apa yang dijelaskan
3.      Jemur bayi dibawah sinar matahari dibawah jam 08.00 WIB
Evaluasi :
Bayi telah dijemur
4.      Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB segera setelah masa nifas
Evaluasi :
Ibu mau mengikuti anjuran
Laila Nahdiyah



BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Kesenjangan antara Kasus dengan Teori Yang Ada
Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada antara penatalaksanaan kasus dengan konsep teori yang telah diuraikan pada Bab II. Penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan metode SOAP, dan pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut:
1.      Subyektif
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data awal dari manajemen kebidanan dengan metode SOAP, dilaksanakan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Pada tahap identifikasi data dasar penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik klien maupun keluarganya serta bidan yang ada diruangan dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat, data yang diambil dilakukan secara terfokus.
Menurut Winkjosastro (2007), ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya asfiksia neonatorum antara lain : Faktor ibu disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan). Faktor Tali Pusat terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Berdasarkan pengkajian dalam kasus asfiksia ringan pada By.”Kditemukan faktor penyebab asfiksia yaitu air ketuban yang bercampur dengan mekonium. Dalam asuhan kebidanan pada By “K” berdasarkan identifikasi yang dilakukan ada kesamaan antara teori faktor penyebab terjadinya asfiksia dengan penyebab asfiksia ringan pada kasus By. “K”.
2.      Obyektif
Menurut Vivian (2011), ada beberapa tanda bayi dengan asfiksia ringan antara lain : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas, dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, wheezing positif..
Berdasarkan pengkajian dalam kasus asfiksia ringan pada By.”Kditemukan apgar score yaitu 7/9 dengan tanda dan gejala asfiksia ringan yaitu bayi menangis merintih, pernapasan 65 kali permenit, nadi 122 kali permenit, gerakan bayi aktif tetapi hanya sedikit bergerak dan tubuh bayi berwarna kemerahan tetapi bagian ekstremitas berwarna kebiruan (pucat). Dalam asuhan kebidanan pada By “K” berdasarkan observasi yang dilakukan ada kesamaan antara teori tanda dan gejala asfiksia ringan dengan tanda dan gejala asfiksia ringan yang ditemukan pada kasus By. “K”.
3.      Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data objektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Keadaan pasien setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis (Sudarti, 2010).
Pada kasus ini, penulis mendapatkan diagnosa kebidanan bayi”K” umur 0 jam dengan Asfiksia Ringan dengan tanda dan gejala yang ditemukan yaitu bayi menangis merintih, pernapasan 65 kali permenit, nadi 122 kali permenit, gerakan bayi aktif tetapi hanya sedikit bergerak dan tubuh bayi berwarna kemerahan tetapi bagian ekstremitas berwarna kebiruan (pucat).  Asfiksia Neonatorum disini terjadi air ketuban yang bercampur mekonium. Jadi, dalam langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.


4.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori Winkjosastro (2007), penatalaksanaan yang dilakukan yaitu: Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dan kadang trachea, bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). Ketiga adalah mempertahankan sirkulasi dengan cara rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : kompresi dada dan pengobatan.
Pada kasus ini asuhan yang diberikan pada bayi “K” dengan asfiksia ringan yaitu: Pertama, memastikan saluran terbuka dengan cara meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dengan memasukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memberikan rangsangan taksil seperti gosokan pada punggung dan sentilan pada telapak kaki bayi.
Dalam langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada langkah kedua rangsangan taktil yang diberikan sesuai teori yaitu menggunakan sungkup dan balon pipa ET dan balon sedangkan pada kasus bayi “K” rangsangan taktil yang diberikan berupa gosokan pada punggung dan sentilan pada telapak kaki bayi. Dalam kasus bayi “K” penulis juga tidak menemukan adanya langkah ketiga yaitu mempertahankan sirkulasi dengan cara rangsangan kompresi dada dan pengobatan, hal ini dikarenakan pada kasus bayi “K” setelah dilakukannya penatalaksanaan langkah pertama dan kedua bayi sudah bisa bernapas secara spontan dan nadi bayi normal yaitu 122 kali permenit.















BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan metode SOAP diantaranya sebagai berikut :
1.    Dalam melakukan pengkajian terhadap By. “K” dengan Asfiksia Ringan telah dilakukan anamnesis dan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik pada pasien BB : 3000 gram, LK : 34 cm, LD : 33 cm,dan PB : 50 cm, A/S 7/9.
2.    Analisa data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnose kebidanan By.”K” dengan Asfiksia Ringan. Masalah yang mungkin terjadi yaitu RDS.
3.    Penatalaksanaan asuhan yang diberikan bayi dengan Asfiksia Ringan sesuai dengan rencana yang telah dibuat antara lain : menjaga suhu, membuka saluran nafas, dan memberi rangsangan taktil.  
B.  Saran 
Dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1.    Bagi Bidan
Diharapkan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi”K”  dengan Asfiksia Ringan dalam memberikan asuhan kebidanan bidan hendaknya lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan.
2.    Bagi institusi
a.    Lahan Praktik
Untuk RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif, sehingga pasien merasa senang dan nyaman terhadap pelayanan yang diberikan.
b.    Akademik
Diharapkan mahasiswa dapat mengikuti perkembangan yang terjadi berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Ringan bahwa tidak selamanya asuhan kebidanan yang dilakukan menurut teori dan praktek itu sama, disamping itu juga dapat dijadikan bahan referensi.
















DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2008. “Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Arief. 2009. “Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak”. Yogyakarta : Nuha Medika
Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan : EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2008. “ Status Kesehatan Indonesia”.
http://www.statuskesehatanindonesia.id diakses tanggal 16 Juni 2012.

Dewi Vivian Nanny Lia. 2011. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”. Jakarta : Salemba Medika

Handayani. 2010. “Manajemen Asuhan Kebidanan”. Jakarta : EGC
Sarwono, 2006. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Bina Pustaka

SDKI. 2010. Ringkasan eksekutif data dan informasi kesehatan Provinsi Bengkulu.

Sudarti. Fauziah. 2010. “Dokumentasi Kebidanan”. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sukamti. Dkk. 2009. “Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak”. Jakarta : Trans Info Medika

Winkjosastro,GH. 2007.  Buku acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisias Menyusui Dini , Jakarta : JNPK




Tidak ada komentar:

Posting Komentar