Editor: May (Rezka)
Cuap-cuap sedikit
Maaf kalo ceritanya sedikit kurang nyambung dan alurnya kecepatan. maklumin ya udah lama lama lama lama banget gak nulis lagi hehe
Selamat membaca dan jangan lupa Like and Comment ^^
“SETITIK
RINDU”
***
“jadi mbak
berangkat besok?” Tanya orang yang paling aku kagumi di dunia ini.
“jadi Ma”
kataku sambil tersenyum
“yakin kamu
mau kesana sendiri?” tanya Mama lebih lanjut. Aku bisa melihat raut wajahnya
yang penuh rasa khawatir
“iya Ma,
aku gak papa kok. Cuma beberapa hari kok gak lama. Insya allah aku baik-baik
aja” kataku tersenyum mencoba menenangkan Mama.
“ya sudah
kalo begitu istirahat lebih awal ya” nasihat Mama.
“iya bu
setelah selesai packing “ jawabku, lalu Mama meninggalkanku sendiri kamar.
***
Aku
melangkahkan kakiku keluar dari Bandara. Aku sedikit celingak-celinguk kebingungan.
Ya ini baru pertama kalinya aku ke kota ini. Kota dimana seorang laki-laki yang
aku cintai sejak bertahun-tahun yang lalu sedang menyelesaikan studinya disini.
Kota yang nantinya akan menyimpan memori tersendiri untukku. Aku melihat
seseorang laki-laki melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum melihatnya, ya
senyum kerinduan. Aku harus menahan diriku untuk tidak berlari menghambur ke
dalam pelukannya. Aku berjalan perlahan tetapi melangkah dengan mantap menuju
ke arahnya.
“apa kabar
Dea?” tanya laki-laki itu kepadaku
“aku baik,
kamu apa kabar Adi? Kurusan ya?” Aku balik bertanya padanya
“aku baik
juga, iya nih praktek benar-benar melelahkan seperti katamu” katanya sambil
mengedipkan mata. Ah itu kebiasaannya yang selalu kuingat. Kebiasaannya dalam
bercanda dan menggoda.
“sini
kopermu aku masukin ke bagasi.” katanya sambil mengambil alih koper dari
tanganku. “silahkan duduk dulu bro” lanjutnya sambil membuka pintu kursi
penumpang untukku. Kebiasaan lainnya, dia sealu gentleman. Dan ya ‘Bro’ begitulah dia memanggilku.
“aku gak
ganggu kamu kan Di? Kamu benar lagi gak sibukkan?” tanyaku ketika dia telah
duduk dibalik kemudi mobil.
“enggak
kok. Aku tadi udah izin sama senior” terangnya menenangkan
“benar?
ntar kalo dapat SP aku kan gak enak!” tanyaku lagi sambil menatapnya
“gak akan.
Jadi kemana ini?” tanyanya lalu menstarter mobil
“Hotel
Buana” jawabku singkat
“Hotel?
Yakin ni? Katanya sambil mengedipkan mata
“eh mulai
deh! Aku mau check in dulu ke hotel. Aku udah booked semalam” jelasku
“hehe iya
iya bercanda doang kali De! Hehe” katanya masih cengengesan
***
Setelah
aku check in aku menaruh barang-barangku di kamar. Adi tidak mengikutiku, dia
menunggu di Lobi hotel. Lagian aku risih kalo dia sampai masuk kamarku. Setelah
aku menaruh barang-barangku aku segera turun ke lobi, kasian adi kalo menunggu
terlalu lama.
“sibuk
banget dengan gadget, pacarnya ya?” tanyaku sambil senyum
“ah bukan”
kilah Adi
“yok mau
kemana kita?” tanyaku
“kita makan
yok! Kamu pasti lapar? Aku ajakin ke tempat makan favoritku disini” Ajak Adi
dengan semangat. Terlihat jelas dari senyum mengembang dan wajahnya yang
sumringah.
“oke!” kataku
lalu mendorong badannya.
***
Sesampainya
di tempat makan yang diceritakan adi, kami langsung memesan makanan. Ketika
pelayan selesai mencatat pesanan dan pergi meninggalkan kami. Adi kembali
mengajakku mengobrol menyambung obrolan kami tadi.
“jadi kamu
kesini ada apa? Kok tiba-tiba aja?” tanya Adi
“gak
tiba-tiba kok, udah lama direncanain tapi baru sempat sekarang aja. Liburan,
mau refreshing!” jawabku dengan nada riang
“tapi kok
Cuma 3 hari sih? Kalo itukan aku gak bisa ajak kamu daki gunung seperti janji
aku ke kamu Dea” protes Adi
“hahaha gak
mesti kesitu juga kali Di. Kan banyak objek wisata lain” kataku tak dapat
menahan tawa
“yaudah
deh, tapi sabar ya kita bisa kelilingnya waktu aku lagi ngosong. Mungkin malam,
mungkin siang. Gak tentu.” Adi menjelaskan dengan wajah sedikit gimana ya,
mungkin dia merasa bersalah.
“santai
aja, aku fleksibel kok. Kalo kamu gak bisa nemanin toh aku bisa jalan sendiri.
Kan angkutan umum banyak” kataku menenangkan. Toh memang benar, aku bisa jalan
sendiri walaupun alamat nyasar nantinya :D
“iya,iya.
Tapi niat banget kamu kesini sendirian? Pacar mana?” tanya Adi tiba-tiba mengganti
topik.
“aku gak
punya pacar” jawabku singkat dengan senyum simpul.
“ahha yg
dijodohin waktu itu gimana?” lanjutnya
“kan udah aku
tolak” jawabku santai
Obrolan kami
pun berhenti ketika pelayan datang dengan pesanan kami.
***
Aku benar-benar memanfaatkan waktu
liburan singkatku di kota ini dengan sebaik-baiknya. Aku mengunjungi semua tempat
wisata, perkebunan, situs sejarah hingga pusat perbelanjaan yang bisa kujangkau
dalam waktu singkat, tentunya ditemani Adi. Tidak terasa sudah 3 hari aku di
Kota ini, 3 hari pula bersamanya. Bukan waktu yang lama tapi sedikit banyak
mengobati setitik rindu yang selama ini hanya kutitipkan dalam do’a. Sekarang sudah
saatnya aku pulang ke Kotaku. Kembali kekehidupanku, kehidupan normalku dan
kehidupan baruku.
“Adi aku
mau pulang, bisa antar ke bandara?” tanyaku ditelpon
“sorry De,
aku lagi jaga kayaknya gak bisa deh” jawabnya dengan nada menyesal
“ohh iya
gak papa aku ngerti kok. Ehhmm tapi bisa ketemu bentar gak? Aku ada yang mau
aku kasih ke kamu soalnya. Aku temuin kamu aja gimana?” tanyaku, aku mengerti
keadaannya. Aku sebenarnya tidak ingin menganggunya tapi ada satu hal penting
jadi aku harus menemuinya.
“ehmm oke
deh, kabarin aja kalo udah sampe”
katanya ringan
***
“Adi, aku
mau kasih ini” aku lihat raut muka adi bingung melihat kertas 4 persegi yang dibungkus
pita kuberikan padanya.
“ini apa?”
tanyanya bingung
“kamu baca
sendiri aja ya” jawabku
“kamu mau
nikah? Katanya kamu gak punya pacar?” Tanya Adi, ini perasaanku saja tapi aku
menangkap nada terkejut dan kesal dari nada bicaranya
“iya aku
gak punya pacar” jawabku dengan nada rendah
“tapi ini?”
selidiknya
“dia
melamarku pada orang tuaku” hanya kalimat itu yang keluar dari bibirku, tapi aku
tau dia mengerti karena dulu kami pernah membahas ini. Aku pernah mengatakan padanya
kalo aku akan mempertimbangkan orang yang berani memintaku kepada orang tuaku.
“kamu
mencintainya?” selidiknya lagi
“apakah aku
harus menjawabnya?”tanyaku balik sambil menahan tetesan air mataku
“aku harap
kamu bahagia” hanya itu jawaban yang kudengar darinya, jawaban yang sama
seperti waktu itu.
“terima
kasih dan selamat tinggal Di” Kataku tersenyum simpul lalu berlalu dari
hadapannya.
Iya,
selamat tinggal. Selamat tinggal cintaku selama bertahun-tahun. Cinta sebelah
tanganku, selamat tinggal selamanya. Akan kuingat cinta ini sebagai kenangan
dan juga pembelajaran. Kini, Aku akan memulai yang baru dengannya. Dia calon
imamku, pilihan orang tuaku.
***END***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar