Jumat, 18 September 2015

Cerpen #Setitik Rindu

Author : Nun/Laila (Saya sendiri :D)
Editor: May (Rezka)
Cuap-cuap sedikit
Maaf kalo ceritanya sedikit kurang nyambung dan alurnya kecepatan. maklumin ya udah lama lama lama lama banget gak nulis lagi hehe 
Selamat membaca dan jangan lupa Like and Comment ^^


“SETITIK RINDU”
 ***
“jadi mbak berangkat besok?” Tanya orang yang paling aku kagumi di dunia ini.
“jadi Ma” kataku sambil tersenyum
“yakin kamu mau kesana sendiri?” tanya Mama lebih lanjut. Aku bisa melihat raut wajahnya yang penuh rasa khawatir
“iya Ma, aku gak papa kok. Cuma beberapa hari kok gak lama. Insya allah aku baik-baik aja” kataku tersenyum mencoba menenangkan Mama.
“ya sudah kalo begitu istirahat lebih awal ya” nasihat Mama.
“iya bu setelah selesai packing “ jawabku, lalu Mama meninggalkanku sendiri kamar.
***
Aku melangkahkan kakiku keluar dari Bandara. Aku sedikit celingak-celinguk kebingungan. Ya ini baru pertama kalinya aku ke kota ini. Kota dimana seorang laki-laki yang aku cintai sejak bertahun-tahun yang lalu sedang menyelesaikan studinya disini. Kota yang nantinya akan menyimpan memori tersendiri untukku. Aku melihat seseorang laki-laki melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum melihatnya, ya senyum kerinduan. Aku harus menahan diriku untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukannya. Aku berjalan perlahan tetapi melangkah dengan mantap menuju ke arahnya.
“apa kabar Dea?” tanya laki-laki itu kepadaku
“aku baik, kamu apa kabar Adi? Kurusan ya?” Aku balik bertanya padanya
“aku baik juga, iya nih praktek benar-benar melelahkan seperti katamu” katanya sambil mengedipkan mata. Ah itu kebiasaannya yang selalu kuingat. Kebiasaannya dalam bercanda dan menggoda.
“sini kopermu aku masukin ke bagasi.” katanya sambil mengambil alih koper dari tanganku. “silahkan duduk dulu bro” lanjutnya sambil membuka pintu kursi penumpang untukku. Kebiasaan lainnya, dia sealu gentleman.  Dan ya ‘Bro’ begitulah dia memanggilku.
“aku gak ganggu kamu kan Di? Kamu benar lagi gak sibukkan?” tanyaku ketika dia telah duduk dibalik kemudi mobil.
“enggak kok. Aku tadi udah izin sama senior” terangnya menenangkan
“benar? ntar kalo dapat SP aku kan gak enak!” tanyaku lagi sambil menatapnya
“gak akan. Jadi kemana ini?” tanyanya lalu menstarter mobil
“Hotel Buana” jawabku singkat
“Hotel? Yakin ni? Katanya sambil mengedipkan mata
“eh mulai deh! Aku mau check in dulu ke hotel. Aku udah booked semalam” jelasku
“hehe iya iya bercanda doang kali De! Hehe” katanya masih cengengesan
***
Setelah aku check in aku menaruh barang-barangku di kamar. Adi tidak mengikutiku, dia menunggu di Lobi hotel. Lagian aku risih kalo dia sampai masuk kamarku. Setelah aku menaruh barang-barangku aku segera turun ke lobi, kasian adi kalo menunggu terlalu lama.
“sibuk banget dengan gadget, pacarnya ya?” tanyaku sambil senyum
“ah bukan” kilah Adi
“yok mau kemana kita?” tanyaku
“kita makan yok! Kamu pasti lapar? Aku ajakin ke tempat makan favoritku disini” Ajak Adi dengan semangat. Terlihat jelas dari senyum mengembang dan wajahnya yang sumringah.
“oke!” kataku lalu mendorong badannya.
***
Sesampainya di tempat makan yang diceritakan adi, kami langsung memesan makanan. Ketika pelayan selesai mencatat pesanan dan pergi meninggalkan kami. Adi kembali mengajakku mengobrol menyambung obrolan kami tadi.
“jadi kamu kesini ada apa? Kok tiba-tiba aja?” tanya Adi
“gak tiba-tiba kok, udah lama direncanain tapi baru sempat sekarang aja. Liburan, mau refreshing!” jawabku dengan nada riang
“tapi kok Cuma 3 hari sih? Kalo itukan aku gak bisa ajak kamu daki gunung seperti janji aku ke kamu Dea” protes Adi
“hahaha gak mesti kesitu juga kali Di. Kan banyak objek wisata lain” kataku tak dapat menahan tawa
“yaudah deh, tapi sabar ya kita bisa kelilingnya waktu aku lagi ngosong. Mungkin malam, mungkin siang. Gak tentu.” Adi menjelaskan dengan wajah sedikit gimana ya, mungkin dia merasa bersalah.
“santai aja, aku fleksibel kok. Kalo kamu gak bisa nemanin toh aku bisa jalan sendiri. Kan angkutan umum banyak” kataku menenangkan. Toh memang benar, aku bisa jalan sendiri walaupun alamat nyasar nantinya :D
“iya,iya. Tapi niat banget kamu kesini sendirian? Pacar mana?” tanya Adi tiba-tiba mengganti topik.
“aku gak punya pacar” jawabku singkat dengan senyum simpul.
“ahha yg dijodohin waktu itu gimana?” lanjutnya
“kan udah aku tolak” jawabku santai
Obrolan kami pun berhenti ketika pelayan datang dengan pesanan kami.
***
          Aku benar-benar memanfaatkan waktu liburan singkatku di kota ini dengan sebaik-baiknya. Aku mengunjungi semua tempat wisata, perkebunan, situs sejarah hingga pusat perbelanjaan yang bisa kujangkau dalam waktu singkat, tentunya ditemani Adi. Tidak terasa sudah 3 hari aku di Kota ini, 3 hari pula bersamanya. Bukan waktu yang lama tapi sedikit banyak mengobati setitik rindu yang selama ini hanya kutitipkan dalam do’a. Sekarang sudah saatnya aku pulang ke Kotaku. Kembali kekehidupanku, kehidupan normalku dan kehidupan baruku.
“Adi aku mau pulang, bisa antar ke bandara?” tanyaku ditelpon
“sorry De, aku lagi jaga kayaknya gak bisa deh” jawabnya dengan nada menyesal
“ohh iya gak papa aku ngerti kok. Ehhmm tapi bisa ketemu bentar gak? Aku ada yang mau aku kasih ke kamu soalnya. Aku temuin kamu aja gimana?” tanyaku, aku mengerti keadaannya. Aku sebenarnya tidak ingin menganggunya tapi ada satu hal penting jadi aku harus menemuinya.
“ehmm oke deh, kabarin aja kalo  udah sampe” katanya ringan
***
“Adi, aku mau kasih ini” aku lihat raut muka adi bingung melihat kertas 4 persegi yang dibungkus pita kuberikan padanya.
“ini apa?” tanyanya bingung
“kamu baca sendiri aja ya” jawabku
“kamu mau nikah? Katanya kamu gak punya pacar?” Tanya Adi, ini perasaanku saja tapi aku menangkap nada terkejut dan kesal dari nada bicaranya
“iya aku gak punya pacar” jawabku dengan nada rendah
“tapi ini?” selidiknya
“dia melamarku pada orang tuaku” hanya kalimat itu yang keluar dari bibirku, tapi aku tau dia mengerti karena dulu kami pernah membahas ini. Aku pernah mengatakan padanya kalo aku akan mempertimbangkan orang yang berani memintaku kepada orang tuaku.
“kamu mencintainya?” selidiknya lagi
“apakah aku harus menjawabnya?”tanyaku balik sambil menahan tetesan air mataku
“aku harap kamu bahagia” hanya itu jawaban yang kudengar darinya, jawaban yang sama seperti waktu itu.
“terima kasih dan selamat tinggal Di” Kataku tersenyum simpul lalu berlalu dari hadapannya.

Iya, selamat tinggal. Selamat tinggal cintaku selama bertahun-tahun. Cinta sebelah tanganku, selamat tinggal selamanya. Akan kuingat cinta ini sebagai kenangan dan juga pembelajaran. Kini, Aku akan memulai yang baru dengannya. Dia calon imamku, pilihan orang tuaku. 
***END***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar