Sabtu, 14 September 2013

Cerpen: Jilbab Maya


“May, pertimbangkanlah!” desak Bunda
“Iya-iya deh, Bun! Nanti Maya pikirkan lagi” tukas Maya sekenanya
            Maya bergegas ke garasi melangkah meninggalkan Bunda, dinyalakannya mobil Honda Jazz berwarna biru kesayangannya dan melesatlah ia meninggalkan Bunda beserta harapannya.
***
            Mentari tersenyum menyambut pagi yang datang menyapa, ramah seperti hijau dedaunan yang dengan ikhlas memberikan kesejukan. Mereka bersyukur atas nikmat Tuhan yang kembali memberikan kehidupan untuk hari ini.
            Maya terduduk di depan meja hias, diambilnya sehelai kerudung dan dipasangnya kerudung itu. Ia pandangi wajah di cermin, hanya sekilas dan tak lama dilepaskannya, lalu ia lempar kerudung itu keluar jendela.
            30 menit kemudian Maya keluar dari kamarnya.
“Tuh kan apa kata Bunda, kamu terlihat lebih cantik menggunakan jilbab. Lebih syar’i!” Puji Bunda begitu melihat sang buah hati memenuhi harapannya
“Iya, ya sudah Maya berangkat kuliah dulu ya Bun?” pamit Maya
“Hati-hati dijalan ya sayang!” Kata Bunda masih dengan senyum bangga bercampur haru
“Iya” sahut Maya
***
Tidak perlu waktu yang lama bagi Maya untuk mencapai kampus. Hanya butuh waktu kira-kira 15 menit untuk tiba di kampus yang menjadi perguruan tinggi favorit di kotanya. Maya memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju ruang perkuliahan.
“May-May!” Panggil seseorang mencegat langkah kaki Maya          
“Apa?” Sahut Maya berbalik ke belakang
“Gak salah ni May? Serius ini Maya? Kesambet setan apaan lo bisa pake kerudung beginian?” ledek Adi, teman kuliahnya
“Setan Alim!” Jawab Maya ketus
“Lo gak lagi ikut-ikutan trend hijab selebritis kan?” Tanya Adi lagi
“Ya gaklah, Di. Kurang kerjaan banget gue ngikutin selebritis mulai Ramadhan mulai keranjingan pake jilbab. Yang bilang udah manteplah, yang bilang baru coba-cobalah, eh tau-tau lepas Ramadhan dibuka lagi!” Maya berkoar
“Hahahah terus ngapain lo pake jilbab? Tobat lo?” Sindir Adi
“Permintaan nyokap!” jawab maya kembali ketus
“oohhhhh!” Adi hanya ber-oh ria mendengar jawaban Maya
“Loh kok dilepas jilbabnya?” Sambung Adi melihat Maya melepaskan jilbabnya
“Gerah gue, gak matching banget sama gue!” Jawab Maya
            “Ya udah deh, gue mau ke toilet dulu ganti baju” Sambung Maya meninggalkan Adi
Adi hanya terdiam, bingung mau berkata apa. Ia seperti kehilangan kata-katanya.

***
“Ini mobil pake mogok segala! Malam gini, mana ada taksi jam segini!” Rutuk Maya kesal
            Maya berjalan meninggalkan mobilnya yang terpakir di pinggiran jalan. Ia terlihat celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan berharap masih ada taksi yang dapat mengantarnya pulang ke rumah. Tiba-tiba...
“Hei cantik, temanin kita dong!” seru seseorang mengagetkan Maya
“Enak aja, minta temanin sana sama kuntilanak!” balas Maya kasar
Maya memandangi 2 orang laki-laki yang mengganggunya, badan mereka dipenuhi tato dan tercium aroma alkohol. Ini orang mabuk, begitu batin Maya.
“Sialan ini perempuan! Kita sikat aja boss!” Maki satu orangnya lagi sambil menarik lengan Maya
“Sakit bego’, lepasin!” bentak Maya
“Emang gue pikirin! Hahahah” kata laki-laki itu terus menarik lengan Maya dan menyeretnya ke sebuah ruko kosong
“Apa sih salah gue sama lo berdua? Lepasin gue! Gue mau pulang!” tangis maya pecah
“Salah siapa lo seksi amat, pake baju kurang bahan lagi. Hahahaha” sambung laki-laki satunya
Maya berteriak sebisanya meminta pertolongan, namun tidak ada seorangpun yang mendengar teriakannya. Maya menangis pasrah.
“Bun, maafin Maya” rintih Maya
***
            “Bunda!!!” teriak Maya. Keringat bercucuran membasahi tubuh Maya.
            “Bunda disini sayang!” Kata Bunda sambil memeluk Maya
            “Bunda” Maya menangis memeluk erat Bunda
            “Kenapa sayang?” Tanya Bunda menghapus air mata buah hatinya
            Maya hanya menjawab dengan tangisan.
***

            Maya mematut dirinya di depan cermin. Ia berputar ke kiri dan ke kanan memastikan busananya rapi dan jilbabnya telah terpasang dengan baik. Bagi Maya mimpi semalam benar-benar telah menyadarkannya dari kekeliruan, menjadi hidayah yang tiada ternilai. Sekarang ia mantap berhijab bukan sekedar untuk memenuhi harapan Bunda, tapi untuk memenuhi perintah sang Pencipta. Demi menjaga kesucian cintanya kepada sang Illahi, Rabbi. TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar