“Are you nervous my
sista?” Putri bertanya padaku
“Iya nih Put. Deg-degan
banget nih, kira-kira lancar gak ya?” aku menanggapi pertanyaan Putri, tampak
keringat hampir sebesar biji jagung mengalir dari pelipisku
“Pasti lancar kok.
Udah tenang aja deh, Nad!” kata Putri mencoba menenangkanku
“Okay, Don’t be panic
Nadya! Don’t be nervous! Trust him! Everything gonna be okay” aku mencoba
menenangkan diriku sendiri, kutarik nafas perlahan berkali-kali.
“Eh, Nad!” Sela Putri
“Hemm, kenapa?”
tanyaku
“Kalo diingat-ingat
lucu ya” Tanggap Putri
“Apanya?” Tanyaku
lagi
“Ya cerita kalian!”
Jawab Putri singkat
Iya, benar apa yang
dikatakan Putri. Jika aku melihat ke belakang, memutar kilas-balik memori tidak
ada yang pernah menduga bahwa kisah ini akan berakhir seperti ini.
****
“Kamu
mau kuliah dimana, Vin?” tanyaku
“Aku
mau ngambil ke luar Sumatera, kamu?” Tanya Alvin balik
“Aku
juga, mau tes ikdin di Yogyakarta!” jawabku
“Pikir-pikir
lagi kalo mau ke luar apalagi ke Jawa. Kamu itu perempuan, aku gak mau kamu kenapa-napa”
Jelas Alvin setelah mendengar pernyataanku.
“Iya,
makasih ya. Do’akan sukses ya” pintaku padanya
“Iya, kalo gak dapat
gimana?” selidik Alvin
“Ya aku kuliah disini
saja mengambil sekolah kesehatan” Jawabku
“ohh, baguslah.
Do’ain aku juga ya semoga lulus tes nantinya” pinta Alvin yang aku jawab dengan
anggukan kepala.
Aku
dan Alvin sedikit berbincang disela-sela jam istirahat sekolah mengenai rencana
ke depan setelah kami lulus SMA. Sebenarnya aku penasaran Alvin memilih untuk
kuliah dimana. Tapi aku yakin dia akan mendapatkannya mengingat dia adalah anak
yang cerdas.
****
Hari ini sang Raja
siang benar-benar berkuasa disinggasananya. Panas benar-benar panas seperti
itulah sinyal yang ditangkap oleh otakku, memberi pesan kepada kulit untuk
melakukan tugasnya mengeluarkan keringat sebesar biji jagung dari tubuh
ini.
Siang ini ada jam
pelajaran Kimia, dan ini benar-benar bukan kabar baik bagi siswa-siswi yang
membenci kimia seperti aku. Aku mengambil kotak pensil dari dalam tas, niatnya
sih mau mengambil pensil untuk mengerjakan soal tapi ternyata pensilku tidak
ada. Kemana coba itu si pensil? Perasaan tadi sebelum jam istirahat masih ada
di kotak pensil. Kutarik nafas dalam-dalam dan kubuang perlahan, aku mencoba
menenangkan diri.
“Sar, Sari!” aku
memanggil teman yang duduk di bangku depanku untuk meminjam pensilnya
“Sar, Sari!” aku
panggil kembali sambil menyentuh tubuhnya tapi dia tidak menoleh
“Sar, Sari!” aku coba
panggil kembali dan dia tetap tidak menoleh.
Aku ambil secarik
kertas dan aku tuliskan beberapa kalimat. Lalu aku geserkan kertas itu ke meja
sebelahku.
Put, Sari kenapa sih aku panggil gak mau
menyahut gitu?
Putri meraih kertas itu dan tidak butuh waktu yang lama untukku
mendapat jawaban darinya.
Wah aku juga kurang tau, Nad.Ntar deh aku coba
cari tau.
Aku raih kertas itu dan kubaca jawaban dari Putri, oh tidak!
Sepertinya ada sesuatu yang salah, itulah yang dapat aku simpulkan. Segera
kujawab tulisan Putri dan kusodorkan kembali kertas itu.
Oke, makasih ya Put J
Putri hanya membalas dengan senyuman. Dan aku merasa atmosfer kelas berubah seperti
neraka.
****
Putri to Nadya:
Nad, kayaknya aku tau deh kenapa Sari jadi
dingin sama kamu!
menurut aku dia cemburu melihat kedekatan kamu
sama Alvin.
Begitulah bunyi pesan singkat yang kuterima dari Putri
beberapa menit yang lalu. Aku hanya terpana membacanya. Cepat-cepat kuketikkan
balasan dan send.
Nadya
to Putri:
Loh kok bisa gitu sih Put?
Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Sari bisa cemburu
denganku dan Alvin. Sambil menunggu balasan dari Putri aku mencoba
menebak-nebak kemungkinan yang terjadi namun otakku terlalu buntu untuk
menemukan titik terang itu.
Putri
to Nadya:
Kamu tau sendirilah udah 3 tahun Sari suka sama
Alvin,
udah 3 kali Alvin gonta-ganti pacar
setelah dia putus eh dekatnya malah sama kamu.
HPku berbunyi dan segera kubaca balasan dari Putri. Ya
Tuhan kenapa aku bisa lupa kalo Sari suka dengan Alvin. Segera kubalas sms
Putri.
Nadya
to Putri:
Ya ampun.
Terus aku harus gimana Put?
Gak mungkin kan aku tiba-tiba ngejauhin Alvin?
Aku menunggu balasan Putri dengan perasaan yang campur
aduk. 5 menit, 10 menit, 30 menit. Akhirnya Putri membalas.
Putri
to Nadya:
Ya gak gimana-gimana.
Kamu jelasin aja ke Sari
kalo kamu sama Alvin Cuma sebatas teman.
Gimana?
Kuketikkan balasan untuk Putri.
Nadya
to Putri:
Oke deh besok aku coba.
Makasih ya Put.
Sepertinya
memang tidak ada jalan lain, besok aku harus mencoba memberikan penjelasan
kepada Sari agar kesalahpahaman ini tidak meretakkan hubungan pertemanan kami.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar