Jumat, 13 September 2013

Never End #1

“Are you nervous my sista?” Putri bertanya padaku
“Iya nih Put. Deg-degan banget nih, kira-kira lancar gak ya?”  aku menanggapi pertanyaan Putri, tampak keringat hampir sebesar biji jagung mengalir dari pelipisku
“Pasti lancar kok. Udah tenang aja deh, Nad!” kata Putri mencoba menenangkanku
“Okay, Don’t be panic Nadya! Don’t be nervous! Trust him! Everything gonna be okay” aku mencoba menenangkan diriku sendiri, kutarik nafas perlahan berkali-kali.
“Eh, Nad!” Sela Putri
“Hemm, kenapa?” tanyaku
“Kalo diingat-ingat lucu ya” Tanggap Putri
“Apanya?” Tanyaku lagi
“Ya cerita kalian!” Jawab Putri singkat
Iya, benar apa yang dikatakan Putri. Jika aku melihat ke belakang, memutar kilas-balik memori tidak ada yang pernah menduga bahwa kisah ini akan berakhir seperti ini.
****
            “Kamu mau kuliah dimana, Vin?” tanyaku
            “Aku mau ngambil ke luar Sumatera, kamu?” Tanya Alvin balik
            “Aku juga, mau tes ikdin di Yogyakarta!” jawabku
            “Pikir-pikir lagi kalo mau ke luar apalagi ke Jawa. Kamu itu perempuan, aku gak mau kamu kenapa-napa” Jelas Alvin setelah mendengar pernyataanku.
            “Iya, makasih ya. Do’akan sukses ya” pintaku padanya
“Iya, kalo gak dapat gimana?” selidik Alvin
“Ya aku kuliah disini saja mengambil sekolah kesehatan” Jawabku
“ohh, baguslah. Do’ain aku juga ya semoga lulus tes nantinya” pinta Alvin yang aku jawab dengan anggukan kepala.
            Aku dan Alvin sedikit berbincang disela-sela jam istirahat sekolah mengenai rencana ke depan setelah kami lulus SMA. Sebenarnya aku penasaran Alvin memilih untuk kuliah dimana. Tapi aku yakin dia akan mendapatkannya mengingat dia adalah anak yang cerdas.
****
Hari ini sang Raja siang benar-benar berkuasa disinggasananya. Panas benar-benar panas seperti itulah sinyal yang ditangkap oleh otakku, memberi pesan kepada kulit untuk melakukan tugasnya mengeluarkan keringat sebesar biji jagung dari tubuh ini. 
Siang ini ada jam pelajaran Kimia, dan ini benar-benar bukan kabar baik bagi siswa-siswi yang membenci kimia seperti aku. Aku mengambil kotak pensil dari dalam tas, niatnya sih mau mengambil pensil untuk mengerjakan soal tapi ternyata pensilku tidak ada. Kemana coba itu si pensil? Perasaan tadi sebelum jam istirahat masih ada di kotak pensil. Kutarik nafas dalam-dalam dan kubuang perlahan, aku mencoba menenangkan diri.
“Sar, Sari!” aku memanggil teman yang duduk di bangku depanku untuk meminjam pensilnya
“Sar, Sari!” aku panggil kembali sambil menyentuh tubuhnya tapi dia tidak menoleh
“Sar, Sari!” aku coba panggil kembali dan dia tetap tidak menoleh.
Aku ambil secarik kertas dan aku tuliskan beberapa kalimat. Lalu aku geserkan kertas itu ke meja sebelahku.
Put, Sari kenapa sih aku panggil gak mau menyahut gitu?
Putri meraih kertas itu dan tidak butuh waktu yang lama untukku mendapat jawaban darinya.
Wah aku juga kurang tau, Nad.Ntar deh aku coba cari tau.
Aku raih kertas itu dan kubaca jawaban dari Putri, oh tidak! Sepertinya ada sesuatu yang salah, itulah yang dapat aku simpulkan. Segera kujawab tulisan Putri dan kusodorkan kembali kertas itu.
Oke, makasih ya Put J
Putri hanya membalas dengan senyuman. Dan aku merasa atmosfer kelas berubah seperti neraka.
****
Putri to Nadya:
Nad, kayaknya aku tau deh kenapa Sari jadi dingin sama kamu!
menurut aku dia cemburu melihat kedekatan kamu sama Alvin.
Begitulah bunyi pesan singkat yang kuterima dari Putri beberapa menit yang lalu. Aku hanya terpana membacanya. Cepat-cepat kuketikkan balasan dan send.
Nadya to Putri:
Loh kok bisa gitu sih Put?
Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Sari bisa cemburu denganku dan Alvin. Sambil menunggu balasan dari Putri aku mencoba menebak-nebak kemungkinan yang terjadi namun otakku terlalu buntu untuk menemukan titik terang itu.
Putri to Nadya:
Kamu tau sendirilah udah 3 tahun Sari suka sama Alvin,
udah 3 kali Alvin gonta-ganti pacar
setelah dia putus eh dekatnya malah sama kamu.
HPku berbunyi dan segera kubaca balasan dari Putri. Ya Tuhan kenapa aku bisa lupa kalo Sari suka dengan Alvin. Segera kubalas sms Putri.
Nadya to Putri:
Ya ampun.
Terus aku harus gimana Put?
Gak mungkin kan aku tiba-tiba ngejauhin Alvin?
Aku menunggu balasan Putri dengan perasaan yang campur aduk. 5 menit, 10 menit, 30 menit. Akhirnya Putri membalas.
Putri to Nadya:
Ya gak gimana-gimana.
Kamu jelasin aja ke Sari
kalo kamu sama Alvin Cuma sebatas teman.
Gimana?
Kuketikkan balasan untuk Putri.
Nadya to Putri:
Oke deh besok aku coba.
Makasih ya Put.
            Sepertinya memang tidak ada jalan lain, besok aku harus mencoba memberikan penjelasan kepada Sari agar kesalahpahaman ini tidak meretakkan hubungan pertemanan kami.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar